Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu menawarkan seekor anak gajah betina berumur dua tahun yang diberi nama"Bona" kepada yayasan konservasi di Tanah Air untuk dibesarkan.

"Kami kesulitan memenuhi biaya makan anak gajah itu karena setiap hari membutuhkan susu cukup banyak atau lebih besar dari biaya makanan gajah dewasa," kata Kepala BKSDA Bengkulu Anggoro Dwi Pujianto, Sabtu.

Ia mengatakan, anak gajah itu ditawarkan bukan untuk peliharaan pribadi, tapi pada pengusaha taman safari atau yayasan konservasi.

Bila dinilai secara ekonomis, anak gajah itu belum akan menghasilkan karena minimal berumur sepuluh tahun baru bisa dijadikan atraksi dan lainnya.

Namun untuk menyelamatkan hewan langka itu perlu bantuan dari berbagai pihak untuk memeliharanya karena pada Pusat Latihan Gajah (PLG) Seblat Bengkulu pasokan makannya terbatas.

"Upaya lain pihaknya sudah mengusulkan ke pusat untuk biaya makan anak gajah itu sebelum ada peminat yang ingin membesarkannya," ujarnya.

Kabag Tata Usaha BKSDA Bengkulu Supartono mengatakan, baru baru ini ada petugas dari Bali Zoo survei untuk minta enam gajah termasuk anak gajah tersebut dibawa Ke Bali.

Dari enam ekor gajah tersebut termasuk dua ekor gajah yang sebelumnya dibina manajemen wisata Pasir Putih Bengkulu yang saat ini berada di PKG Seblat serta seekor anak gajah korban konflik berusia dua tahun bernama Bona.

Rencana pemindahan sejumlah gajah, termasuk gajah kecil bernama Bona tersebut mendapat protes keras dari aktivis peduli satwa liar, ujarnya.

Juru bicara ProFauna Indonesia, Radius Nursidi mengatakan, pemindahan sejumlah gajah ke kebun binatang membuktikan Kementerian Kehutanan sudah kehilangan orientasi dalam konservasi.

"Pembangunan pusat konservasi gajah itu tujuannya bukan untuk melatih gajah masuk ke kebun binatang, tapi untuk meredam konflik antara manusia dan satwa liar di Bengkulu," katanya.

Gajah yang sudah dibina PKG Seblat selama bertahun-tahun dengan anggaran yang tidak sedikit berfungsi membantu petugas KSDA menghalau gajah liar yang masuk ke kebun warga di sekitar PKG Seblat.

Ia juga menyoroti pelayanan yang diberikan BKSDA Bengkulu kepada petugas Bali Zoo yang bebas memasuki PKG Seblat untuk menentukan gajah yang akan dibawa ke kebun binatang.

"Sebagus apapun fasilitas yang disediakan manajemen Bali Zoo, gajah tetap lebih baik berada di habitatnya," katanya. (ant)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012