Bengkulu, (ANTARA Bengkulu) Para nelayan tradisonal di Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, hingga saat ini menemui kesulitan untuk mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) solar bersubsidi karena stok selalu habis.

Padahal sudah ada imbauan dari Pemerintah kabupaten setempat bahwa nelayan tradisonal diprioritaskan mendapat BBM subsidi, kata Kepala Desa Linau Sirajudin dihubungi, Sabtu.

"Saya mendapat keluhan dari para nelayan tradisonal setempat, karena mereka hingga saat ini hanya mendapat BBM solar pada tingkat pengecer yang harganya cukup tinggi," ujarnya.

Ia menjelaskan, setiap liter BBM solar dibeli nelayan antara Rp5.500-Rp6.000 perliter, dengan demikian nelayan tidak bisa membeli dalam jumlah cukup akibat keterbatasan keuangan.

Biasanya setiap nelayan membutuhkan solar dua jerigen sekali melaut dengan jarak tangkap 10 mil laut, namun saat ini hanya mampu membeli sepuluh liter dan menangkap ikan dibibir pantai saja.

"Kami mengharapkan pemilik satuan pengisian bahan bakar umum (SPBU) untuk memprioritaskan warga kecil dan nelayan tradisonal," ujarnya.

Seorang nelayan di Desa Linau Ujang mengatakan untuk membeli sepuluh liter solar saja sangat sulit mendapatkannya.

"Kami sebelum melaut berkeliling mencari pada pedagang pengecer, meskipun ada harganya mencapai Rp6.000 per liter," ujarnya.

Dengan BBM sepuluh liter itu bisa menangkap ikan di sekitar pantai saja dan memperoleh ikan tidak sesuai dengan nilai membeli solar tersebut,
(ant)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012