Ribuan nelayan tradisional di sejumlah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara, terpaksa tidak pergi melaut akibat kabut asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang dilaporkan berasal dari Provinsi Riau dan beberapa daerah lainnya di Pulau Sumatera mengganggu jarak pandang.

Wakil Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Sumut, Nazli dikonfirmasi, Minggu, membenarkan nelayan tradisional tidak menangkap ikan, akibat kabut asap di laut masih pekat, mengganggu jarak pandang.

Nelayan yang tidak pergi ke laut, menurut dia, dari Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Kota Sibolga, dan Kepulauan Nias. "Nelayan yang berasal dari wilayah Pantai Barat Sumatera, selama sepekan ini tidak turun ke laut, dan menganggur di rumah," ujar Nazli.

Ia mengatakan, tidak melautnya nelayan kecil itu, mengakibatkan ikan yang dijual di pajak semakin berkurang dan harganya juga cukup mahal.

Ketakutan nelayan mencari ikan di laut, disebabkan jarak pandang di tengah laut yang tidak begitu jelas dan hal itu bisa mengakibatkan mereka tidak mengetahui arah dan tujuan.

"Bisa saja nelayan tersebut sampai ke India, Australia dan Afrika, karena mengarungi perairan Samudera Hindia dan merupakan lautan lepas," ucap dia.

Nazli menjelaskan, nelayan itu juga tidak dilengkapi peralatan navigasi modern yang cukup canggih yang mampu mendeteksi kabut asap di tengah laut.

Bahkan, nelayan tradisional itu, hanya memiliki alat pemantau ikan di tengah laut.

"Jadi, peralatan nelayan di wilayah Pantai Barat itu, serba minim dan tidak dapat memantau situasi kabut asap, ombak besar dan angin badai," katanya.


Kabut Asap di Siantar

Kabut asap menyelimuti wilayah Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun, Kamis (19/9), dan sampai pukul 14.00 WIB, matahari pun belum kelihatan.

"Kemarin-kemarin (matahari) masih muncul, meski tidak terik," kata Santi (33), warga Kelurahan Proklamasi, Kecamatan Siantar Barat, Kota Pematangsiantar.

Perbukitan Bukit Barisan di kawasan Kabupaten Simalungun yang biasanya terlihat dari kediaman warga Kota Pematangsiantar, namun saat ini tertutup kabut asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang dilaporkan berasal dari Provinsi Riau.

Sejumlah warga menduga terhalang atau terganggunya pandangan, karena penglihatan mata yang bermasalah.

"Kirain mata yang mulai rusak, taunya ada kabut asap," kata Junaidi (43), warga Kelurahan Sinaksak, Kecamatan Tapian Dolok, Kabupaten Simalungun.

Pewarta: Munawar Mandailing

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019