Ambon (ANTARA Bengkulu) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku Tengah memastikan gempa tektonik berkekuatan 5,9 Skala Richter (SR) yang menguncang daerah itu, Selasa (27/11) siang, tidak menimbulkan kerusakan.
"Kami saat paska guncangan gempa langsung berkoordinasi dengan 14 camat mengarahkan 173 kepala desa maupun lurah melakukan pemantauan dan ternyata tidak ada kerusakan," kata Sekretaris BPBD Maluku Tengah, Haraji Patty, ketika dikonfirmasi, Rabu.
Pusat gempa di 2.66 Lintang Selatan dan 129.33 Bujur Timur. Posisinya di 57 KM Timur Laut Kabupaten Maluku Tengah dengan kedalaman 10 KM di bawah laut.
Guncangan gempa terasa di Ambon, ibu kota Provinsi Maluku II - III MMI.
Diakuinya, Bupati Maluku Tengah, Abua Tuasikal dan Wakil Bupati Marlattu Leleury juga mengarahkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk melakukan pemantauan gempa yang sempat membuat panik warga setempat hingga Kota maupun pulau Ambon.
"Gempa dirasakan di Masohi, ibu kota Kabupaten Maluku Tengah II - III MMI, namun setelah paska gempa masyarakat kembali beraktvitas sebagaimana biasanya," ujar Haraji.
Dia mengemukakan bahwa secara intensif menjalin koordinasi dengan BMKG guna mengantisipasi kemungkinan terjadi gempa susulan sehingga memberikan peringatan kepada masyarakat.
"Wilayah Maluku Tengah yang dikelilingi laut perlu diwaspadai karena termasuk daerah rawan genpa sehingga perlu mengantisipasi kemungkinan terjadi tsunami agar bisa memberikan peringatan dini kepada masyarakat," tandas Haraji Patty.
Provinsi Maluku merupakan salah satu daerah rawan gempa dan tsunami karena terletak pada pertemuan tiga lempeng besar yakni Pasifik, Indo Australia dan Eurasia.
Lempeng Indo Australia masuk ke bawah Eurasia, bertemu dengan Lempeng Pasifik sehingga mengakibatkan patahan yang tidak beraturan.
Daerah-daerah rawan gempa di Maluku di antaranya wilayah-wilayah bagian Tenggara, Pulau Ambon, Seram dan Buru. Sedangkan pusat patahan di antaranya berada di Laut Ambon dan Seram Bagian Barat (SBB). (ANTARA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
"Kami saat paska guncangan gempa langsung berkoordinasi dengan 14 camat mengarahkan 173 kepala desa maupun lurah melakukan pemantauan dan ternyata tidak ada kerusakan," kata Sekretaris BPBD Maluku Tengah, Haraji Patty, ketika dikonfirmasi, Rabu.
Pusat gempa di 2.66 Lintang Selatan dan 129.33 Bujur Timur. Posisinya di 57 KM Timur Laut Kabupaten Maluku Tengah dengan kedalaman 10 KM di bawah laut.
Guncangan gempa terasa di Ambon, ibu kota Provinsi Maluku II - III MMI.
Diakuinya, Bupati Maluku Tengah, Abua Tuasikal dan Wakil Bupati Marlattu Leleury juga mengarahkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk melakukan pemantauan gempa yang sempat membuat panik warga setempat hingga Kota maupun pulau Ambon.
"Gempa dirasakan di Masohi, ibu kota Kabupaten Maluku Tengah II - III MMI, namun setelah paska gempa masyarakat kembali beraktvitas sebagaimana biasanya," ujar Haraji.
Dia mengemukakan bahwa secara intensif menjalin koordinasi dengan BMKG guna mengantisipasi kemungkinan terjadi gempa susulan sehingga memberikan peringatan kepada masyarakat.
"Wilayah Maluku Tengah yang dikelilingi laut perlu diwaspadai karena termasuk daerah rawan genpa sehingga perlu mengantisipasi kemungkinan terjadi tsunami agar bisa memberikan peringatan dini kepada masyarakat," tandas Haraji Patty.
Provinsi Maluku merupakan salah satu daerah rawan gempa dan tsunami karena terletak pada pertemuan tiga lempeng besar yakni Pasifik, Indo Australia dan Eurasia.
Lempeng Indo Australia masuk ke bawah Eurasia, bertemu dengan Lempeng Pasifik sehingga mengakibatkan patahan yang tidak beraturan.
Daerah-daerah rawan gempa di Maluku di antaranya wilayah-wilayah bagian Tenggara, Pulau Ambon, Seram dan Buru. Sedangkan pusat patahan di antaranya berada di Laut Ambon dan Seram Bagian Barat (SBB). (ANTARA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012