Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
menyebutkan jumlah penduduk miskin di daerah itu pada periode Maret
hingga September 2012 mengalami penurunan sebanyak 1.190 jiwa.
"Jumlah penduduk miskin pada periode Maret 2012 sebanyak 311.660 jiwa menjadi 310.470 jiwa pada September 2012 atau turun sebanyak 1.190 jiwa," kata Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Djoko Santoso di Bengkulu, Kamis.
Ia mengatakan persentase penduduk miskin mengalami penurunan dari 17,66 persen pada Maret 2012 menjadi 17,51 persen pada September 2012.
Jika ditinjau dari wilayah, jumlah penduduk miskin di perkotaan maupun pedesaan mengalami penurunan. Pada daerah perkotaan terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 1.000 jiwa, sedangkan di daerah perdesaan berkurang sebesar 20.000 jiwa.
Pada periode Maret 2012 hingga September 2012, indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan menurun, yang mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekat ke garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga makin menyempit.
"Penentuan seseorang dikatakan miskin atau tidak ditentukan oleh garis kemiskinan, di mana penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan," tuturnya, menjelaskan.
Selama Maret hingga September 2012, garis kemiskinan naik sebesar 7,68 persen, yaitu dari Rp263.050 per kapita per bulan pada Maret 2012 menjadi Rp283.252 per kapita per bulan pada September 2012.
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKMN), terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.
Pada September 2012, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 78,81 persen sementara sumbangan GKMN terhadap GK sebesar 21,19 persen.
Ia mengatakan, persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin saja, tetapi ada dimensi lain yang juga perlu diperhatikan, yaitu tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.
Selain upaya memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga perlu dikaitkan bagaimana mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.
Pada periode Maret hingga September 2012, indeks kedalaman kemiskinan menurun dari 4,17 menjadi 3,05. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan turun dari 1,40 menjadi 0,80 pada periode waktu yang sama.
Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekat dari garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga makin menyempit.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
"Sehingga dapat dihitung persentase penduduk miskin terhadap total penduduk," tukasnya.
Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan pada 2012 adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) panel modul konsumsi bulan Maret hingga September 2012.
Jumlah sampel sebanyak 75.000 rumah tangga sehingga data kemiskinan dapat disajikan sampai tingkat provinsi. (ANTARA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
"Jumlah penduduk miskin pada periode Maret 2012 sebanyak 311.660 jiwa menjadi 310.470 jiwa pada September 2012 atau turun sebanyak 1.190 jiwa," kata Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu Djoko Santoso di Bengkulu, Kamis.
Ia mengatakan persentase penduduk miskin mengalami penurunan dari 17,66 persen pada Maret 2012 menjadi 17,51 persen pada September 2012.
Jika ditinjau dari wilayah, jumlah penduduk miskin di perkotaan maupun pedesaan mengalami penurunan. Pada daerah perkotaan terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 1.000 jiwa, sedangkan di daerah perdesaan berkurang sebesar 20.000 jiwa.
Pada periode Maret 2012 hingga September 2012, indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan menurun, yang mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekat ke garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga makin menyempit.
"Penentuan seseorang dikatakan miskin atau tidak ditentukan oleh garis kemiskinan, di mana penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan," tuturnya, menjelaskan.
Selama Maret hingga September 2012, garis kemiskinan naik sebesar 7,68 persen, yaitu dari Rp263.050 per kapita per bulan pada Maret 2012 menjadi Rp283.252 per kapita per bulan pada September 2012.
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKMN), terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.
Pada September 2012, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 78,81 persen sementara sumbangan GKMN terhadap GK sebesar 21,19 persen.
Ia mengatakan, persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin saja, tetapi ada dimensi lain yang juga perlu diperhatikan, yaitu tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.
Selain upaya memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga perlu dikaitkan bagaimana mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.
Pada periode Maret hingga September 2012, indeks kedalaman kemiskinan menurun dari 4,17 menjadi 3,05. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan turun dari 1,40 menjadi 0,80 pada periode waktu yang sama.
Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekat dari garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga makin menyempit.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
"Sehingga dapat dihitung persentase penduduk miskin terhadap total penduduk," tukasnya.
Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan pada 2012 adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) panel modul konsumsi bulan Maret hingga September 2012.
Jumlah sampel sebanyak 75.000 rumah tangga sehingga data kemiskinan dapat disajikan sampai tingkat provinsi. (ANTARA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013