Sudah lebih dari sepekan atau tepatnya 10 hari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) berkapasitas 1 Mega Watt (MW) di Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu tidak beroperasi lantaran kehabisan Bahan Bakar Minyak (BBM). Akibatnya, sekitar 6 ribu warga di pulau terluar itu sementara waktu terpaksa hidup tanpa arus listrik.

Ketua Forum Komunikasi Kepala Desa Kecamatan Enggano, Redy Heloman Kaitora saat dihubungi dari Kota Bengkulu, Selasa (4/2) mengatakan, warga terpaksa menyalakan lampu petromak sebagai sumber penerangan di rumah-rumah warga pada malam hari.

Selain terpaksa hidup tanpa arus litrik, warga juga sudah kehabisan stok BBM dan gas elpiji. Hal ini, kata Redy lantaran PT Pelni yang menyediakan kapal perintis sudah tidak mau lagi membawa BBM dan gas elpiji dari Kota Bengkulu ke Pulau Enggano.

"Sudah 10 hari kami disini gelap gulita. Kulkas tidak bisa lagi menyala, gas dan BBM masyarakat juga sudah habis. Pemerintah tidak bisa mencarikan solusi sama sekali. Kalau PT Pelni yang menyediakan kapal perintis menolak untuk membawa BBM, apa pakai kapal perang atau sewa kapal nelayan," kata Redy yang juga menjabat Kepala Desa Apoho.

Redy juga menyesalkan sikap PLN yang terkesan tak berniat untuk mendistribusikan BBM, padahal PLN pasti mengetahui berapa sisa stok BBM untuk menghidupkan PLTD di Pulau Enggano.

Kesan tidak niat PLN untuk membantu masyarakat Pulau Enggano ini, sambung Redy juga terlihat saat pengiriman BBM ke Pulau Enggano pada akhir tahun lalu, saat itu PLN tidak mengirimkan BBM untuk PLTD.

"Kita juga menyayangkan PT PLN yang terkesan kurang memiliki niat dan bergerak cepat untuk melayani masyarakat. Karena mereka pasti sudah tahu stock BBM untuk PLTD menipis. pada waktu ada pengiriman BBM untuk masyarakat beberapa waktu lalu, tidak ikut serta mengirimkan BBM untuk PLTD," keluh Redy.

Redy bersama masyarakat Pulau Enggano lainnya kini hanya bisa berharap baik pemerintah daerah dan pemerintah pusat bisa segera memperbaiki kondisi ini, sebab krisis listrik, BBM dan gas elpiji ini sangat mengganggu kehidupan masyarakat.

Pemerintah diminta segera menemukan solusi untuk mengatasi persoalan ini, sebab persoalan ini bukan persoalan baru tetapi terus terulang setiap tahunnya. Solusi yang diharapkan yakni solusi jangka panjang. Bukan solusi praktis yang sewaktu-waktu malah bisa memperkeruh situasi.

Selain itu, Redy bersama warga Pulau Enggano lain berencana akan menyampaikan hal ini langsung kepada Presiden Joko Widodo saat ia berkunjung ke Bengkulu, besok Rabu (4/2). Hal ini karena masyarakat Pulau Enggano merasa Gubernur Bengkulu dan Bupati Bengkulu Utara sudah tidak bisa lagi diandalkan untuk menyelesaikan persoalan ini.

"Karena pak gubernur dan Bupati Bengkulu Utara tidak bisa lagi diandalkan untuk memecahkan permasalahan ini. Buktinya pak gub dan pak bupati sudah nyerah dengan surat dari PT Pelni. Kalau kondisinya sudah seperti ini, pada siapa lagi kita harus mengadu," tegas Redy.

Pewarta: Carminanda

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020