Kecamatan tersebut menaungi enam desa, yakni Desa Malakoni, Apoho, Meok, Banjar Sari, Kaana, dan Kahyapu. Adapun luasnya sekitar 400 kilometer persegi dengan populasi sekitar 4.000 penduduk.
Pulau Enggano terletak di laut lepas yang berhadapan langsun dengan Samudera Hindia. Kecamatan ini menjadi salah satu daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T).
Dari Kota Bengkulu menuju Enggano harus menggunakan kapal perintis yang memerlukan waktu 12 jam, bahkan bisa lebih lama jika laut tak bersahabat saat berlayar. Itu pun tidak setiap hari. Kapal perintis hanya berlayar dua kali seminggu ketika cuaca bagus.
Enggano yang terletak sekitar 90 mil laut dari Ibu Kota Provinsi Bengkulu maupun ibu kota kabupaten menyebabkan daerah ini semakin terbatas dalam segala aspek, baik perekonomian, kondisi infrastruktur dasar, maupun pendidikan.
Soal pendidikan, tentu sangat penting untuk mencetak generasi cerdas di Pulau Enggano. Pendidikan yang layak dan setara penting diwujudkan tanpa harus bersekolah di ibu kota kabupaten maupun provinsi yang jaraknya begitu jauh.
Betapa pun, generasi muda Enggano merupakan bagian utuh dalam Generasi Emas 2045 yang telah dicita-citakan Bangsa Indonesia.
Tidak diam
Pada tahun-tahun sebelumnya, Enggano mengalami kekurangan guru. Pada saat sama juga butuh dukungan infrastruktur yang layak agar anak-anak dapat bersekolah dengan nyaman.
Pada tahun-tahun sebelumnya, Enggano mengalami kekurangan guru. Pada saat sama juga butuh dukungan infrastruktur yang layak agar anak-anak dapat bersekolah dengan nyaman.