Beasiswa KIP mencegah pernikahan dini
Selasa, 25 Juli 2023 6:55 WIB 1164
Dengan bekal ilmu pengetahuan dari bangku kuliah, secara tidak langsung akan mengubah pola pikir dan orientasi hidup anak-anak muda. Kalau sebelumnya mereka untuk sementara puas bekerja sebagai karyawan dengan gaji per bulan di bawah Rp1 juta, dengan pengalaman kuliah, tentu target penghasilan mereka berbeda.
Dengan bekal ilmu yang mumpuni, para lulusan perguruan tinggi itu akan siap memasuki dunia kerja yang lebih bagus, sekaligus dunia rumah tangga dengan penghasilan yang lebih layak.
Kelak, ketika mereka memasuki jenjang pernikahan, dengan pengetahuan lebih luas dan jiwa lebih matang, juga akan membentuk rumah tangga yang lebih aman dan stabil.
Keluarga seperti ini cenderung lebih kuat menghadapi tantangan hidup sehingga tidak mudah mengambil keputusan fatal di saat rumah tangganya menghadapi masalah yang mungkin dirasa berat.
Perceraian adalah keputusan yang sering kali mudah diambil oleh pasangan suami istri dengan tingkat pendidikan formal yang rendah dan perkembangan jiwanya belum dewasa, antara lain, akibat pernikahan dini.
Perceraian suami istri bukan hanya membebani pasangan yang berselisih, mungkin juga orang tua kedua pihak, tapi juga anak-anak dari pasangan itu.
Anak-anak yang menjadi korban perceraian biasanya akan terperangkap pada pola pengasuhan yang kurang baik untuk pengembangan potensinya. Alih-alih berprestasi, anak-anak yang "tangki kasih sayang"-nya tidak terpenuhi, justru cenderung menjadi sumber masalah di masyarakat sebagai kompensasi dari hausnya kasih sayang yang mestinya didapat dari orang tua.
Baca juga: PN Jakpus: Permohonan nikah beda agama bergantung kebijaksanaan hakim
Beasiswa KIP Kuliah yang menurut data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kini telah menjangkau jutaan penerima dari keluarga miskin ini, betul-betul menjadi berkah. Bukan saja membantu perwujudan mimpi anak-anak muda dari keluarga tidak mampu, melainkan juga memberi dampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia penerima dan pada anak-anaknya kelak.
Sebagaimana ungkapan syukur dan kebahagiaan yang dirasakan oleh Siti pada awal tulisan ini, kita semua berterima kasih kepada negara yang betul-betul hadir menyauti kebutuhan kaum muda yang ingin berkembang menjadi generasi unggul pada masa depan.
Sebagai mahasiswa yang awalnya tidak punya harapan untuk menikmati bangku kuliah, Siti dan penerima beasiswa KIP yang lain bisanya lebih terpacu untuk menjadi mahasiswa yang berprestasi. Mereka enggan, bahkan malu menjadi mahasiswa dengan kualitas biasa-biasa saja.
Mereka sadar bahwa negara tidak main-main dalam membantu rakyatnya agar bisa menikmati pendidikan tinggi. Mereka pun punya rasa tanggung jawab yang besar untuk membalas kebaikan negara itu dengan mengukir prestasi.
Tidak sedikit dari para penerima beasiswa KIP ini yang kemudian mengukir prestasi gemilang di kampus masing-masing, baik akademis maupun non-akademis.
Dengan tersedianya beasiswa KIP ini, sebetulnya tidak ada alasan bagi generasi muda, termasuk dari keluarga tidak mampu sekalipun, untuk tidak berani kuliah.