Bayi laki-laki berusia sembilan bulan, Cerrelio Al Fatih di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu didiagnosa mengalami sindrom nefrotik resisten steroid atau ginjal bocor membutuhkan bantuan biaya berobat.

Ibu bayi tersebut Septi Paramita mengatakan, kondisi anak keempatnya itu kini semakin menghawatirkan, ia mengalami pembengkakan tidak hanya pada kelopak mata, tetapi di seluruh tubuh.

"Kalau pesan dokter secepatnya dirujuk, tapi bagaimana kami tidak ada uang, hanya ada BPJS mandiri dan itu sering tidak terbayar, kami sangat butuh bantuan dari mana saja," kata Septi di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu, Sabtu.

Ia menceritakan, anaknya itu lahir melalui operasi secar di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Hasannudin Damrah, Kabupaten Bengkulu Selatan pada September 2019. 

Baca juga: Pasien isolasi COVID-19 di Bengkulu diminta bayar Rp6,7 juta

Saat berusia sekitar dua minggu, anaknya mengalami demam panas dan flu, namun karena dianggap penyakit biasa ia hanya diberikan obat biasa.

Demam dan flu itu baru sembuh sampai anaknya itu berumur sekitar empat bulan.

"Umur tujuh bulan anak saya kembali kondisinya demam panas, sesak napas dan muntah-muntah serta ditambah adanya pembengkakan pada kelopak mata," jelasnya.

Saat itu, ia membawa anaknya kembali berobat ke RSUD Hasanuddin Kabupaten Bengkulu Selatan.

"Dokter disana mendiagnosa anak saya mengidap jantung bocor," paparnya.

Septi mengaku baru-baru ini ia kembali memeriksakan kesehatan anaknya ke Rumah Sakit (RS) Tiara Sella Kota Bengkulu.

Berdasarkan hasil tes urine, kata dia, dokter di rumah sakit itu mendeteksi anaknya mengalami ginjal bocor yang sudah mengalami infeksi.

Dokter itu menyarankan untuk dirujuk ke RSCM Jakarta, karena di Bengkulu banyak keterbatasan alat dan obat-obatan.

Baca juga: RSUD Bengkulu kembalikan uang perawatan PDP COVID-19

Dokter itu kemudian mengeluarkan surat rujukan agar bayi itu segera menjalani pengobatan di RSCM Jakarta paling lambat 07 September.

Namun Septi mengaku saat ini keluarganya kekurangan biaya untuk membawa anaknya berobat ke Jakarta.

Kini Septi hanya merawat anaknya itu dikediamannya di RW 2, RT 5 Kelurahan Pasar Tais, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.

Septi dan suaminya merupakan buruh tani di Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu.

Dengan penghasilannya yang dibawah upah minimum, ia mengaku tak mampu membiayai pengobatan anaknya.

"Jika ada yang berniat membantu bisa menghubungi nomor ponsel 085378357140 atau langsung kek rumah kami di Kelurahan Pasar Tais," demikian Septi.

Pewarta: Rian

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020