Para perajin batik besurek yakni batik khas Bengkulu mengeluhkan omset yang anjlok selama pandemi virus Corona atau COVID-19.
"Selama pandemi ini omset sama sekali tidak ada atau nol," ujar perajin batik Basurek Bengkulu, Gustriyani, di Bengkulu, Kamis.
Ia mengatakan sebelum pandemi omset dari penjualan batik bisa mencapai Rp5 juta dalam satu bulan.
Namun selama pandemi corona mereka kehilangan pembeli dengan kata lain tidak punya omset.
"Karena tak ada penghasilan maka produksi kita berhentikan sementara dan kita menjual yang sebelumnya saja," ujarnya.
Ia mengatakan tidak adanya omset ini dikarenakan berkurangnya minat masyarakat membeli batik dan menurunnya kunjungan wisatawan dari luar daerah.
"Untuk saat ini alhamdulillah ada program dari Dinas Perindustrian dan Perdangan untuk membuat masker jadi kami beralih membuat masker," ujarnya.
Ia berharap selain dari Disperindang, ada perhatian dari pemerintah untuk industri seperti perajin batik besurek yang terdampak juga COVID-19.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020
"Selama pandemi ini omset sama sekali tidak ada atau nol," ujar perajin batik Basurek Bengkulu, Gustriyani, di Bengkulu, Kamis.
Ia mengatakan sebelum pandemi omset dari penjualan batik bisa mencapai Rp5 juta dalam satu bulan.
Namun selama pandemi corona mereka kehilangan pembeli dengan kata lain tidak punya omset.
"Karena tak ada penghasilan maka produksi kita berhentikan sementara dan kita menjual yang sebelumnya saja," ujarnya.
Ia mengatakan tidak adanya omset ini dikarenakan berkurangnya minat masyarakat membeli batik dan menurunnya kunjungan wisatawan dari luar daerah.
"Untuk saat ini alhamdulillah ada program dari Dinas Perindustrian dan Perdangan untuk membuat masker jadi kami beralih membuat masker," ujarnya.
Ia berharap selain dari Disperindang, ada perhatian dari pemerintah untuk industri seperti perajin batik besurek yang terdampak juga COVID-19.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020