Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengkhawatirkan pandemi COVID-19 yang terjadi di Tanah Air membawa dampak pada proses reproduksi sehingga melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang kurang berkualitas.
"Kalau COVID-19 dampaknya terhadap proses reproduksi serius maka lahirlah SDM yang kurang berkualitas yang akan memengaruhi ke depan," kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat terkait Hari Kependudukan Dunia 2020.
Ia mengatakan untuk dapat memetik dan mendapatkan bonus demografi di Tanah Air, maka hal itu tidak serta merta dipengaruhi oleh COVID-19 saja melainkan melalui proses yang cukup panjang.
Sukses kontrasepsi sejak 1973 hingga sekarang, kata dia, tengah memasuki bonus demografi. Namun, bonus demografi tersebut bisa saja terpengaruh karena pandemi COVID-19.
"Untuk mendapatkan bonus demografi syaratnya harus berkualitas," katanya.
Di samping itu kejadian-kejadian restriksi ekonomi harusnya dengan jumlah SDM produktif dua kali lipat dari yang tidak produktif maka kesempatan bekerja dan pendapatan per kapita seharusnya naik.
Namun, katanya, karena adanya pandemi COVID-19 banyak orang yang dipulangkan, terkena pemutusan hubungan kerja sehingga berujung pada naiknya angka pengangguran maka bonus demografi tadi tidak berhasil didapatkan.
Belum lagi, kata dia, pasangan usia subur yang baru saja menikah saat ini juga terganggu atau terhalang dengan layanan kontrasepsi sehingga memicu lahirnya kehamilan yang tidak atau belum dikehendaki.
"Secara umum terkait pandemi ini, bagaimana sekelompok pasangan usia subur tentu tidak semudah mengakses layanan kontrasepsi sebelum pandemi terjadi," demikian Hasto Wardoyo.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020
"Kalau COVID-19 dampaknya terhadap proses reproduksi serius maka lahirlah SDM yang kurang berkualitas yang akan memengaruhi ke depan," kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat terkait Hari Kependudukan Dunia 2020.
Ia mengatakan untuk dapat memetik dan mendapatkan bonus demografi di Tanah Air, maka hal itu tidak serta merta dipengaruhi oleh COVID-19 saja melainkan melalui proses yang cukup panjang.
Sukses kontrasepsi sejak 1973 hingga sekarang, kata dia, tengah memasuki bonus demografi. Namun, bonus demografi tersebut bisa saja terpengaruh karena pandemi COVID-19.
"Untuk mendapatkan bonus demografi syaratnya harus berkualitas," katanya.
Di samping itu kejadian-kejadian restriksi ekonomi harusnya dengan jumlah SDM produktif dua kali lipat dari yang tidak produktif maka kesempatan bekerja dan pendapatan per kapita seharusnya naik.
Namun, katanya, karena adanya pandemi COVID-19 banyak orang yang dipulangkan, terkena pemutusan hubungan kerja sehingga berujung pada naiknya angka pengangguran maka bonus demografi tadi tidak berhasil didapatkan.
Belum lagi, kata dia, pasangan usia subur yang baru saja menikah saat ini juga terganggu atau terhalang dengan layanan kontrasepsi sehingga memicu lahirnya kehamilan yang tidak atau belum dikehendaki.
"Secara umum terkait pandemi ini, bagaimana sekelompok pasangan usia subur tentu tidak semudah mengakses layanan kontrasepsi sebelum pandemi terjadi," demikian Hasto Wardoyo.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020