Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, menyebutkan 75 persen kasus kebakaran yang terjadi di wilayah itu akibat kasus korsleting atau hubungan arus pendek listrik.

Kepala Dinas Damkar Rejang Lebong, Sumardi di Rejang Lebong, Rabu, mengatakan saat ini di wilayah itu mulai memasuki musim kemarau sehingga kemungkinan terjadinya bahaya kebakaran di kawasan pemukiman maupun hutan serta lahan bisa kapan saja terjadi.

"Kasus kebakaran yang terjadi selama ini 75 persen akibat korsleting listrik, akibat instalasi listrik yang tidak standar, sedangkan sisanya karena faktor lainnya," kata Sumardi di Rejang Lebong, Rabu.

Dia menambahkan kasus kebakaran yang terjadi di wilayah itu pada 2019 lalu tercatat lebih dari 30 kasus, di mana sebagian besar diakibatkan hubungan arus pendek listrik, selebihnya akibat kebocoran tabung gas, akibat sisa puntung kayu bakar di dapur dan lainnya.

Dia mengimbau masyarakat Rejang Lebong agar selalu memeriksa jaringan listrik di rumahnya masing-masing guna memastikan kondisinya masih laik atau tidak serta membeli peralatan listrik yang standar.

Selain itu masyarakat juga diminta saat akan bepergian keluar rumah selalu memeriksa kompor atau perabotan elektronik yang bisa menyebabkan kebakaran agar dimatikan.

Untuk mengantisipasi bahaya kebakaran di kawasan pemukiman maupun hutan dan lahan, pihaknya kata dia, saat ini telah menyiagakan 130 personel, 12 unit armada pemadam kebakaran.

Armada pemadam kebakaran milik daerah itu tambah dia, terdiri dari tujuh unit armada siaga di Mako Damkar Rejang Lebong yang berada dalam Kota Curup dan lima unit lagi tersebar dalam lima kecamatan di Rejang Lebong, ditambah empat unit motor pemadam dan satu unit tanki penyemprot dan lainnya.

Pewarta: Nur Muhamad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020