Pertamina melalui Marketing Operation Region II Sumbagsel mengimbau masyarakat yang berhak mendapatkan elpiji subsidi 3 kg agar membeli sesuai kebutuhan dan Pertamina menjamin ketersediaan pasokan.
Region Manager Comm Relation dan CSR Pertamina Sumbagsel, Dewi Sri Utami mengatakan pada bulan ini Pertamina menambah alokasi tabung elpiji subsidi 3 kg lebih dari 80 ribu tabung atau 241 Metrik Ton (MT) di Provinsi Bengkulu.
"Tambahan mencapai 6 persen dibandingkan pasokan bulan September sebesar 3786,6 MT, menjadi 4027 MT di bulan Oktober," katanya.
Karena itu, Dewi mengatakan Pertamina terus memantau pasokan di jalur distribusi resmi Pertamina yakni di agen dan pangkalan.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No 26 Tahun 2009 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Liquefied Petroleum Gas (LPG), bahwa fungsi pengawasan Pertamina sebagai badan usaha yang ditunjuk untuk menyalurkan LPG bersubsidi adalah mulai dari Stasiun Pusat Pengisian Bulk Elpiji (SPPBE), agen hingga pangkalan.
"Artinya, titik poin terakhir pendistribusian adalah di pangkalan, bukan di pengecer ataupun warung," ujar Dewi.
Meski pengawasan resmi hanya sampai di pangkalan, Pertamina juga terus berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan di wilayah terkait untuk pengawasan penjualan LPG di tingkat pedagang eceran yang diluar ranah Pertamina.
Dewi kembali mengingatkan LPG 3 kg merupakan LPG subsidi yang peruntukannya diatur untuk rumah tangga pra sejahtera, yakni masyarakat yang memiliki penghasilan di bawah Rp1,5 juta per bulan, serta kegiatan usaha kecil dan mikro.
Untuk masyarakat golongan mampu, dapat menggunakan elpiji non subsidi, seperti bright gas 5,5 kg dan 12 kg.
Rahmi warga Kelurahan Pasar Baru Kota Bengkulu mengatakan sudah kesulitan mendapatkan gas 3 kg dalam sebulan terakhir.
"Kalaupun ada di warung harganya sudah sampai Rp39 ribu per tabung," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020
Region Manager Comm Relation dan CSR Pertamina Sumbagsel, Dewi Sri Utami mengatakan pada bulan ini Pertamina menambah alokasi tabung elpiji subsidi 3 kg lebih dari 80 ribu tabung atau 241 Metrik Ton (MT) di Provinsi Bengkulu.
"Tambahan mencapai 6 persen dibandingkan pasokan bulan September sebesar 3786,6 MT, menjadi 4027 MT di bulan Oktober," katanya.
Karena itu, Dewi mengatakan Pertamina terus memantau pasokan di jalur distribusi resmi Pertamina yakni di agen dan pangkalan.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No 26 Tahun 2009 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Liquefied Petroleum Gas (LPG), bahwa fungsi pengawasan Pertamina sebagai badan usaha yang ditunjuk untuk menyalurkan LPG bersubsidi adalah mulai dari Stasiun Pusat Pengisian Bulk Elpiji (SPPBE), agen hingga pangkalan.
"Artinya, titik poin terakhir pendistribusian adalah di pangkalan, bukan di pengecer ataupun warung," ujar Dewi.
Meski pengawasan resmi hanya sampai di pangkalan, Pertamina juga terus berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan di wilayah terkait untuk pengawasan penjualan LPG di tingkat pedagang eceran yang diluar ranah Pertamina.
Dewi kembali mengingatkan LPG 3 kg merupakan LPG subsidi yang peruntukannya diatur untuk rumah tangga pra sejahtera, yakni masyarakat yang memiliki penghasilan di bawah Rp1,5 juta per bulan, serta kegiatan usaha kecil dan mikro.
Untuk masyarakat golongan mampu, dapat menggunakan elpiji non subsidi, seperti bright gas 5,5 kg dan 12 kg.
Rahmi warga Kelurahan Pasar Baru Kota Bengkulu mengatakan sudah kesulitan mendapatkan gas 3 kg dalam sebulan terakhir.
"Kalaupun ada di warung harganya sudah sampai Rp39 ribu per tabung," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020