Beijing (ANTARA Bengkulu) - Seorang pria di provinsi Shandong, China telah menjadi korban penularan virus flu unggas dan menjadi korban pertama di provinsi yang terletak di wilayah timur laut itu, kata kantor berita China, Xinhua, Senin, sehingga menambah jumlah seluruh orang yang tertular menjadi 105.
Virus jenis baru flu unggas yang disebut dengan nama H7N9 itu telah menyebabkan 21 orang kehilangan nyawa di China, menurut Badan kesehatan Dunia (WHO) yang bermarkas di Jenewa.
Meskipun belum jelas benar bagaimana proses manusia tertular virus tersebut, para ahli di WHO mengatakan belum ada bukti yang bisa mengkhawatirkan bahwa penularan dapat terjadi antar-manusia.
"Penyelidikan mengenai sumber-sumber penularan masih dalam berlangsung," kata WHO Senin malam.
"Sampai dengan sumber penularan dapat diketahui, kasus baru penularan flu unggas diperkirakan akan terus terjadi di China."
Seorang pria berumur 36 tahun dari kota Zaozhuang di provinsi Shandong itu sudah dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan, dan ada dua orang lagi yang tertular di provinsi Zhejiang, lapor Xinhua.
Sekitar sembilan orang yang mempunyai hubungan dekat dengan korban di Shandong segera menjalani pemeriksaan namun tidak ada tanda-tanda tertular.
Tim internasional terdiri atas para ahli yang dipimpin WHO melakukan penelitian lapangan terhadap virus itu di Shanghai, daerah yang paling banyak jatuh korban, kata Keiji Fukuda, asisten direktur WHO untuk bidang kesehatan, keamanan dan lingkungan.
"Saat ini kami tengah bekerja dan belum mempunyai kesimpulan apa pun dsn saya pikir terlalu dini untuk disampaikan," kata Fukuda kepada wartawan.
Virus flu unggas lainnya H5N1 telah lama beredar dan telah menular antar-unggas, dari unggas ke manusia, tetapi pada umumnya tidk menular antar-manusia.
Ho Pak-Leung, dari departemen mikrobiologi Universitas Hong Kong dalam jurnal kesehatan Inggris (British Medical Journal -BMJ) menuturkan dalam dua bulan sejak merebak, H7N9 telah menular manusia dua kali lipat dibanding H5N1 sepuluh tahun yang lalu.
"H7N9 lebih mungkin bisa menular antar-manusia dan ini akan makin sulit dlacak," katanya.
"Kami tidak mengerti mengapa ini sulit sekali ditelusuri," tambahnya.
Penerjemah: M. Dian A
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
Virus jenis baru flu unggas yang disebut dengan nama H7N9 itu telah menyebabkan 21 orang kehilangan nyawa di China, menurut Badan kesehatan Dunia (WHO) yang bermarkas di Jenewa.
Meskipun belum jelas benar bagaimana proses manusia tertular virus tersebut, para ahli di WHO mengatakan belum ada bukti yang bisa mengkhawatirkan bahwa penularan dapat terjadi antar-manusia.
"Penyelidikan mengenai sumber-sumber penularan masih dalam berlangsung," kata WHO Senin malam.
"Sampai dengan sumber penularan dapat diketahui, kasus baru penularan flu unggas diperkirakan akan terus terjadi di China."
Seorang pria berumur 36 tahun dari kota Zaozhuang di provinsi Shandong itu sudah dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan, dan ada dua orang lagi yang tertular di provinsi Zhejiang, lapor Xinhua.
Sekitar sembilan orang yang mempunyai hubungan dekat dengan korban di Shandong segera menjalani pemeriksaan namun tidak ada tanda-tanda tertular.
Tim internasional terdiri atas para ahli yang dipimpin WHO melakukan penelitian lapangan terhadap virus itu di Shanghai, daerah yang paling banyak jatuh korban, kata Keiji Fukuda, asisten direktur WHO untuk bidang kesehatan, keamanan dan lingkungan.
"Saat ini kami tengah bekerja dan belum mempunyai kesimpulan apa pun dsn saya pikir terlalu dini untuk disampaikan," kata Fukuda kepada wartawan.
Virus flu unggas lainnya H5N1 telah lama beredar dan telah menular antar-unggas, dari unggas ke manusia, tetapi pada umumnya tidk menular antar-manusia.
Ho Pak-Leung, dari departemen mikrobiologi Universitas Hong Kong dalam jurnal kesehatan Inggris (British Medical Journal -BMJ) menuturkan dalam dua bulan sejak merebak, H7N9 telah menular manusia dua kali lipat dibanding H5N1 sepuluh tahun yang lalu.
"H7N9 lebih mungkin bisa menular antar-manusia dan ini akan makin sulit dlacak," katanya.
"Kami tidak mengerti mengapa ini sulit sekali ditelusuri," tambahnya.
Penerjemah: M. Dian A
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013