Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Pemberitaan oleh pers saat ini relatif lebih condong ada fungsi bisnis dibandingkan fungsi informasi, edukasi dan transformasi sosial.

"Kondisi pers yang saat ini relatif bebas ternyata belum dimanfaatkan oleh pers untuk melakukan fungsi idealnya karena kebanyakan peran pada bisnis atau entertain," kata pengamat sekaligus dosen Ilmu Komunikasi Universitas Bengkulu Mas Agus Firmansyah, Kamis.
   
Ia mengatakan fungsi pengawasan dan penegakan situasi dan kondisi sosial yang ada saat ini sangat dipengaruhi oleh kekuatan mereka yang memiliki modal.

Saat ini lanjut dia banyak terjadi simbiosis mutualisme antara mereka yang memiliki kemampuan finansial dengan pers.

"Saat ini banyak pengusaha yang tidak bisa terusik walaupun usaha yang dijalankannya menjadi masalah bagi masyarakat karena mempunyai kedekatan dengan pers," katanya.

Sebaliknya pers juga memanfaatkan kedekatan dengan penguasa dan pengusaha untuk mendapatkan finansial dari mereka sehingga fungsi pers sebagai kontrol sosial menjadi terabaikan.

Menurut dia hal itu terjadi karena peran pemerintah didalam melakukan kontrol juga sudah semakin berkurang sehingga pers memainkan peran yang sangat jauh lebih vital.

Hal tersebut kemudian dilihat oleh penguasa sebagai salah satu untuk bisa bercitra positif.  

Pers di Bengkulu sendiri menurut dia saat ini sudah masuk dalam simbiosis
mutualisme tersebut. Masih minimnya pers di Bengkulu saat ini menyebabkan kualitas bukan lagi menjadi hal yang diutamakan.
   
"Masih minimnya media yang ada di Bengkulu ini menyebabkan sedikitnya persaingan sehingga kualitas bukanlah menjadi hal yang paling diutamakan lagi sehingga pemberitaan pun berjalan statis,"katanya.
   
Namun dengan adanya pers di Bengkulu ini menurut dia ibarat dua sisi mata uang juga berperan positif membantu masyarakat agar tidak ketinggalan informasi dari berbagai peristiwa yang sedang terjadi.

Ia menambahkan, yang sangat disayangkan mengenai pers yang ada di Bengkulu yakni berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh dosen dan mahasiswa menunjukkan penggunaan redaksional kata tanpa mementingkan kualitas lagi tersebut akhirnya tanpa disadari pemberitaan tersebut telah menyebabkan "pembodohan" kepada masyarakat.

"Seperti aspek-aspek mistik yang irrasional harus ditinggalkan oleh pers meskipun itu bernilai berita karena pers harus bisa memilah hal-hal yang layak untuk diberitakan kepada masyarakat," katanya. (mhe)

Pewarta:

Editor : AWI-SEO&Digital Ads


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012