Pejabat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bengkulu menyebutkan sebanyak 351.196 jiwa berpotensi terdampak bencana hidrometeorogi yang dilihat berdasarkan peta analisis InaRISK di wilayah ini. 

Kepala BPBD Kota Bengkulu, Selupati mengatakan di samping potensi bahaya gempa bumi dan tsunami, masyarakat Bengkulu diimbau untuk juga waspada terhadap potensi bahaya hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor atau angin kencang. 

"Kota Bengkulu mengalami bencana banjir berada di dekat daerah aliran sungai Bengkulu yang hampir sepanjang tahun terjadi sebanyak 2 sampai 3 tahun," kata Selupati, Selasa. 

Selupati mengatakan jumlah populasi tersebut berada di 9 kecamatan dengan tingkat bahaya tinggi adalah Rawa Makmur dengan luas wilayah bahaya 111,06 Ha, Kelurahan Tanjung Agung luas wilayah bahaya 40,05 Ha, Kelurahan Tanjung Jaya luas wilayah bahaya 59.04 Ha, dan Kelurahan Kebun Tebeng luas wilayah bahaya 82,44 Ha, Kelurahan Sawah lebar luas wilayah bahaya 137,97 Ha dan di Kecamatan Gading Cempaka luas wilayah bahaya 632,98 Ha.

"Berdasarkan informasi BMKG, Bengkulu termasuk wilayah yang berpotensi cuaca ekstrem selama satu pekan ke depan mulai 21 hingga 26 November 2020," kata Selupati.

Sementara prakirawan BMKG menginformasikan bahwa sirkulasi siklonik terpantau di Samudera Hindia Barat Bengkulu dan di Laut Jawa Selatan dan Kalimantan. Keadaan ini membentuk daerah pertemuan atau  perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang di perairan utara Aceh, mulai dari Sumatera Utara hingga perairan barat Bengkulu, di Selat Karimata bagian utara, Papua bagian barat hingga Maluku bagian Selatan serta dari Kalimantan Tengah hingga Selat Karimata bagian Selatan. 

“Kondisi ini dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi tersebut,” ujar Kepala BMKG Fatmawati, Klause JA Damanik.

Lebih lanjut, Damanik menyampaikan, kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil dalam sepekan ke depan dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia. 

“Kondisi tersebut diperkuat oleh aktifnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) dan gelombang Rossby Ekuatorial di wilayah Indonesia dalam periode sepekan ke depan,” katanya.

MJO adalah fenomena gelombang atmosfer yang bergerak merambat dari barat Samudera Hindia ke timur dengan membawa massa udara basah.

Masuknya aliran massa udara basah dari Samudera Hindia ini meningkatkan curah hujan di daerah-daerah yang dilalui.

Pewarta: Bisri Mustofa

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020