Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Banten, menemukan struktur yang diduga kuat merupakan bangunan candi, saat melakukan ekskavasi terhadap temuan struktur bata di Desa Sambimaya.
"Kami berhasil menemukan 21 susunan lapisan bata merah dan menemukan sudut bangunan yang diduga candi," kata Ketua Tim Penelitian Dan Penyelamatan Situs Dingkel Indramayu Soni Prasetiya Wibawa melalui keterangan tertulisnya yang diterima di Cirebon, Minggu.
Soni mengatakan tim juga menemukan lantai bangunan dan fragmen atau pecahan stupa yang berbahan bata merah.
Tidak hanya itu, ada beberapa temuan lainnya seperti pecahan keramik Eropa, fragmen tepian gerabah dan arang. "Temuan di situs Dingkel ini sangat menarik bagi tim," katanya.
Arkeolog senior sekaligus ahli candi Indonesia Prof Dr Agus Aris Munandar menyatakan situs Dingkel ini merupakan sebuah kawasan atau kompleks permukiman umat Budha pada masa itu.
Melihat dari hasil temuannya, Agus tidak menampik situs ini memiliki kesamaan dengan situs Batujaya di Karawang dan situs Muaro Jambi di Jambi.
"Saya meyakini ada reruntuhan stupa besar di kawasan itu dan perlu dilakukan penelitian dan ekskavasi secara berkala agar segera terungkap," katanya.
Sementara Ketua TACB Kabupaten Indramayu Dedy S Musashi mengatakan dengan adanya temuan struktur yang diduga candi, berarti peradaban di Indramayu sudah lengkap yakni dari masa Prasejarah, Hindu Budha, Islam dan kolonial.
Pada masa Prasejarah, kata Dedy, terbukti dengan ditemukannya fosil stegodon dan gigi Carcarocles Megalodon atau ikan hiu purba di Ciwado Kecamatan Terisi yang hidup pada masa miosin hingga plestosin akhir kira-kira 2,6 juta hingga 1,8 juta tahun yang lalu.
Masih di tempat yang sama, juga ditemukan tradisi batu besar (megalitik) yang hingga saat ini masih dimanfaatkan untuk sarana pemujaan.
"Indramayu ini kaya dengan tinggalan cagar budaya. Dari fosil, candi, masjid kuno sampai makam belanda (kerkoof) dan bangunan bergaya Eropa kita punya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020
"Kami berhasil menemukan 21 susunan lapisan bata merah dan menemukan sudut bangunan yang diduga candi," kata Ketua Tim Penelitian Dan Penyelamatan Situs Dingkel Indramayu Soni Prasetiya Wibawa melalui keterangan tertulisnya yang diterima di Cirebon, Minggu.
Soni mengatakan tim juga menemukan lantai bangunan dan fragmen atau pecahan stupa yang berbahan bata merah.
Tidak hanya itu, ada beberapa temuan lainnya seperti pecahan keramik Eropa, fragmen tepian gerabah dan arang. "Temuan di situs Dingkel ini sangat menarik bagi tim," katanya.
Arkeolog senior sekaligus ahli candi Indonesia Prof Dr Agus Aris Munandar menyatakan situs Dingkel ini merupakan sebuah kawasan atau kompleks permukiman umat Budha pada masa itu.
Melihat dari hasil temuannya, Agus tidak menampik situs ini memiliki kesamaan dengan situs Batujaya di Karawang dan situs Muaro Jambi di Jambi.
"Saya meyakini ada reruntuhan stupa besar di kawasan itu dan perlu dilakukan penelitian dan ekskavasi secara berkala agar segera terungkap," katanya.
Sementara Ketua TACB Kabupaten Indramayu Dedy S Musashi mengatakan dengan adanya temuan struktur yang diduga candi, berarti peradaban di Indramayu sudah lengkap yakni dari masa Prasejarah, Hindu Budha, Islam dan kolonial.
Pada masa Prasejarah, kata Dedy, terbukti dengan ditemukannya fosil stegodon dan gigi Carcarocles Megalodon atau ikan hiu purba di Ciwado Kecamatan Terisi yang hidup pada masa miosin hingga plestosin akhir kira-kira 2,6 juta hingga 1,8 juta tahun yang lalu.
Masih di tempat yang sama, juga ditemukan tradisi batu besar (megalitik) yang hingga saat ini masih dimanfaatkan untuk sarana pemujaan.
"Indramayu ini kaya dengan tinggalan cagar budaya. Dari fosil, candi, masjid kuno sampai makam belanda (kerkoof) dan bangunan bergaya Eropa kita punya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020