Jambi (Antara Bengkulu) - Polisi Hutan Khusus Patroli Harimau Sumatera Taman Nasional Kerinci Seblat (PHS-TNKS) melaporkan telah menemukan sedikitnya 16 jerat harimau yang disebar pemburu dalam kawasan TNKS selama Juni.
"Pada patroli lapangan tahap awal pada program khusus sapu jerat yang merupakan program tetap tahunan kita pada pekan kedua bulan Juni ini sudah menemukan dan langsung melumpuhkan lalu menyita sedikitnya 16 jerat harimau," kata Manejer Lapangan PHS TNKS, Risdianto di Jambi, Senin.
Dikatakan dia, keenam belas jerat harimau tersebut ditemukan di dua kawasan berbeda oleh dua unit berbeda yakni di kawasan Kerinci sebanyak 13 jerat dan 3 jerat lainnya ditemukan oleh unit patroli di kawasan Bengkulu.
"Di kawasan Kerinci jerat yang ditemukan petugas tersebar di 13 titik yang berada dalam kawasan hutan TNKS di sekitar Desa Muara Imat kecamatan Batang Merangin kabupaten Kerinci," ungkap dia.
Ke-13 jerat harimau di kawasan hutan desa Muara Imat tersebut 9 di antaranya ditemukan di dalam kawasan TNKS sementara empat lainnya ditemukan berada di luar kawasan atau dalam perladangan warga.
Menurut dia, temuan 13 jerat harimau dalam satu kali patroli tersebut pernah terjadi selama dioperasikannya PHS karena pada awal-awal patroli di program serupa pada tahun-tahun sebelumnya tidak pernah menemukan jerat sampai 10.
"Karena itu kita mencurigai temuan ini ada kaitannya dengan keterlibatan pihak luar baik penadah maupun pembeli, dan merekalah yang menjadi pihak pemodal bagi pemburu dalam menjalankan aksi pemasangan jerat yang terbilang sangat mahal tersebut," ujar Risdianto.
Pasalnya, tambah dia, untuk satu unit jerat laso yang terbuat dari kawat sling saja pemburu harus mengeluarkan uang sedikitnya Rp300 ribu -- untuk membeli kawat sling sepanjang 3 meter -- artinya untuk uang sebesar Rp1 juta ataw 10 meter sling cukup untuk 3 unit jerat.
Berarti untuk 13 unit jerat pemburu bersangkutan harus menyiapkan dana sedikitnya Rp5 juta, adalah sebuah angka rupiah yang sangt besar jika aksi penjeratan ini hanya dilakoni sebagai tindakan iseng petani dan itu adalah hal yang tidak mungkin dilakukan jika tanpa sokongan dana dari pihak ketiga.
"Karena itu, kita akan terus menyelidiki oknum pemburu pemasang jerat ini. Sedikitnya ada dua nama yang telah kita curigai seperti yang dilaporkan oleh intel yang kita kirim ke lapangan," kata Risdianto.
(Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
"Pada patroli lapangan tahap awal pada program khusus sapu jerat yang merupakan program tetap tahunan kita pada pekan kedua bulan Juni ini sudah menemukan dan langsung melumpuhkan lalu menyita sedikitnya 16 jerat harimau," kata Manejer Lapangan PHS TNKS, Risdianto di Jambi, Senin.
Dikatakan dia, keenam belas jerat harimau tersebut ditemukan di dua kawasan berbeda oleh dua unit berbeda yakni di kawasan Kerinci sebanyak 13 jerat dan 3 jerat lainnya ditemukan oleh unit patroli di kawasan Bengkulu.
"Di kawasan Kerinci jerat yang ditemukan petugas tersebar di 13 titik yang berada dalam kawasan hutan TNKS di sekitar Desa Muara Imat kecamatan Batang Merangin kabupaten Kerinci," ungkap dia.
Ke-13 jerat harimau di kawasan hutan desa Muara Imat tersebut 9 di antaranya ditemukan di dalam kawasan TNKS sementara empat lainnya ditemukan berada di luar kawasan atau dalam perladangan warga.
Menurut dia, temuan 13 jerat harimau dalam satu kali patroli tersebut pernah terjadi selama dioperasikannya PHS karena pada awal-awal patroli di program serupa pada tahun-tahun sebelumnya tidak pernah menemukan jerat sampai 10.
"Karena itu kita mencurigai temuan ini ada kaitannya dengan keterlibatan pihak luar baik penadah maupun pembeli, dan merekalah yang menjadi pihak pemodal bagi pemburu dalam menjalankan aksi pemasangan jerat yang terbilang sangat mahal tersebut," ujar Risdianto.
Pasalnya, tambah dia, untuk satu unit jerat laso yang terbuat dari kawat sling saja pemburu harus mengeluarkan uang sedikitnya Rp300 ribu -- untuk membeli kawat sling sepanjang 3 meter -- artinya untuk uang sebesar Rp1 juta ataw 10 meter sling cukup untuk 3 unit jerat.
Berarti untuk 13 unit jerat pemburu bersangkutan harus menyiapkan dana sedikitnya Rp5 juta, adalah sebuah angka rupiah yang sangt besar jika aksi penjeratan ini hanya dilakoni sebagai tindakan iseng petani dan itu adalah hal yang tidak mungkin dilakukan jika tanpa sokongan dana dari pihak ketiga.
"Karena itu, kita akan terus menyelidiki oknum pemburu pemasang jerat ini. Sedikitnya ada dua nama yang telah kita curigai seperti yang dilaporkan oleh intel yang kita kirim ke lapangan," kata Risdianto.
(Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013