Dinas Perhubungan Provinsi Bengkulu mengatakan bahwa bus Trans Rafflesia telah tiga tahun tidak beroperasi karena minim anggaran ditambah pandemi COVID-19 sehingga anggaran untuk bus tersebut dialihkan. 

"Bus trans Rafflesia sejak 2018  tidak beroperasi atau sekitar 3 tahun lebih karena tidak adanya anggaran," kata Kepala bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) Dishub Provinsi Bengkulu Muslim Azhari, Jum'at. 

Ia mengatakan bahwa saat ini kondisi 10 bus trans Rafflesia dalam kondisi baik, hanya saja karena masih pandemi COVID-19 sehingga dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dialihkan. 

Untuk mengoperasikan sepuluh bus tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit atau sekitar Rp1,5 miliar untuk 5 bulan beroperasi. 

Hal tersebut disebabkan karena saat ini bus tersebut masih gratis untuk digunakan oleh masyarakat Kota Bengkulu. 

"Karena masih gratis untuk melayani masyarakat Kota Bengkulu sesuai dengan jalur yang telah disahkan paling tidak Rp1,5 miliar untuk 5 bulan dana tersebut digunakan untuk BBM, gaji supir, perawatan halte, perawatan kendaraan dan lainnya," ujarnya. 

Lanjut Muslim, pihaknya setiap tahun mengajukan dana operasional bus trans Rafflesia ke DPRD Provinsi Bengkulu. Hanya saja selalu gagal karena skala prioritas. 

Selain itu, Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) Bengkulu kecil sehingga sulit untuk pemerintah menganggarkan dana khusus untuk bus trans Rafflesia. 

"Idealnya Rp4,5 miliar untuk 10 mobil dalam satu tahun dan untuk awal membutuhkan dana yang lebih banyak lagi karena banyak yang harus diperbaiki," terangnya. 

Muslim berharap agar pemerintah dapat menganggarkan dana untuk bus Trans Rafflesia sebab dapat membantu masyarakat termasuk masyarakat yang kurang mampu yang ingin memanfaatkan bus tersebut.

Pewarta: Anggi Mayasari

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021