Dinas Perikanan Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, mendukung rencana Dinas Kelautan dan Perikanan provinsi setempat membuat alat tangkap ramah lingkungan untuk pengganti pukat "trawl" atau pukat harimau yang dimiliki nelayan setempat.
“Kami sangat mendukung rencana atau wacana dinas tersebut, apalagi keberadaan pukat harimau di daerah ini menjadi kendala pembangunan sarana perikanan di daerah ini,” kata Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Kabupaten Mukomuko Nasyyardi dalam keterangannya di Mukomuko, Selasa.
Dinas Kelautan dan Perikanan provinsi setempat berencana melibatkan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk membuat alat tangkap ramah lingkungan yang dapat menjadi pengganti pukat trawl.
Ia mengatakan, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bengkulu berencana membuat alat tangkap ikan ramah lingkungan sesuai dengan kondisi perairan laut di masing-masing kabupaten dan kota di daerah ini.
“Alat tangkap ikan untuk nelayan di Kabupaten Mukomuko berbeda dengan alat tangkap ikan di kabupaten dan kota lain yang tersebar di provinsi setempat,” ujarnya pula.
Untuk itu, katanya, nanti akan disurvey dan dikaji oleh tim kajian dari pemerintah provinsi terkait dengan kondisi setiap perairan laut yang ada di masing- masing kabupaten dan kota di provinsi setempat.
Kemudian sebelum alat tangkap tersebut digunakan oleh nelayan, katanya, akan dilakukan uji coba untuk memastikan alat tangkap ini bisa digunakan di berbagai musim ikan atau tidak.
Ia menyatakan, banyak pihak diluar daerah ini yang mempertanyakan meskipun banyak kapal pukat trawl di daerah ini namun tidak konflik antar nelayan tradisional dengan modern.
Menurutnya, konflik antarnelayan itu terjadi karena adanya selisih pendapatan nelayan tradisonal dan modern mulai ada kesejangan, selain itu melanggar batas wilayah tangkapan ikan.
Selain itu, katanya, karena keterikatan persaudaraan antara nelayan di Kecamatan Ipuh, Kecamatan Kota Mukomuko dengan Kecamatan Teramang Jaya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021
“Kami sangat mendukung rencana atau wacana dinas tersebut, apalagi keberadaan pukat harimau di daerah ini menjadi kendala pembangunan sarana perikanan di daerah ini,” kata Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Kabupaten Mukomuko Nasyyardi dalam keterangannya di Mukomuko, Selasa.
Dinas Kelautan dan Perikanan provinsi setempat berencana melibatkan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk membuat alat tangkap ramah lingkungan yang dapat menjadi pengganti pukat trawl.
Ia mengatakan, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bengkulu berencana membuat alat tangkap ikan ramah lingkungan sesuai dengan kondisi perairan laut di masing-masing kabupaten dan kota di daerah ini.
“Alat tangkap ikan untuk nelayan di Kabupaten Mukomuko berbeda dengan alat tangkap ikan di kabupaten dan kota lain yang tersebar di provinsi setempat,” ujarnya pula.
Untuk itu, katanya, nanti akan disurvey dan dikaji oleh tim kajian dari pemerintah provinsi terkait dengan kondisi setiap perairan laut yang ada di masing- masing kabupaten dan kota di provinsi setempat.
Kemudian sebelum alat tangkap tersebut digunakan oleh nelayan, katanya, akan dilakukan uji coba untuk memastikan alat tangkap ini bisa digunakan di berbagai musim ikan atau tidak.
Ia menyatakan, banyak pihak diluar daerah ini yang mempertanyakan meskipun banyak kapal pukat trawl di daerah ini namun tidak konflik antar nelayan tradisional dengan modern.
Menurutnya, konflik antarnelayan itu terjadi karena adanya selisih pendapatan nelayan tradisonal dan modern mulai ada kesejangan, selain itu melanggar batas wilayah tangkapan ikan.
Selain itu, katanya, karena keterikatan persaudaraan antara nelayan di Kecamatan Ipuh, Kecamatan Kota Mukomuko dengan Kecamatan Teramang Jaya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021