Kampar, Riau (ANTARA Bengkulu) - Berbagai kalangan warga di Bangkinang, ibukota Kabupaten Kampar, Riau, mendesak aparat keamanan untuk memberantas para pelaku premanisme yang semakin meresahkan masyarakat daerah itu.

"Banyak yang trauma termasuk saya dalam mengahadapi ulah para preman yang gemar 'memalak' toko," ujar Amran, (33), penjaga Toko 'Anugerah' Bangkinang, Senin.

Sementara Arnida, seorang Bendahara Madrasah Aliyah "Mualimin" di Jalan Prof Moh Yamin, Bangkinang, juga mengeluhkan hal senada, yakni trauma berurusan dengan para preman karena pernah menjadi korban "curi rampas" (Curas)beberapa waktu lalu.

"Uang sekolah sebanyak Rp6 juta dan sejumlah perhiasan emas lenyap dibawa kabur kawanan preman yang awalnya menawarkan jasa baik untuk mengantarkan pulang ke rumah," ungkapnya.

Arnida maupun Amran, atas nama rekan-rekannya, menyatakan sangat mendukung pemberantasan preman hingga habis oleh Polri serta TNI. "Sebagaimana warga lain yang pernah berurusan dengan preman, saya trauma. Apalagi
jika teringat kejadian yang menimpa saya. Badan saya sakit semua, karena disekap di dalam mobil," kenangnya.

Ia mengatakan, awalnya dirinya tidak menyangka mereka bisa berlaku sadis. "Oleh sebab itu saya berharap para preman dan perampok-perampok itu dihukum dan diberantas. Jangan biarkan mereka merajalela", tandas Arnida.

Sementara itu, Amran berharap agar aparat keamanan bisa menindak preman, sehinga rakyat bisa hidup tenang dan keamanan kondusif.Amran memang punya pengalaman menarik dengan para preman di Bangkinang.

"Mereka selalu memalak uang toko. Tapi pernah terpaksa saya melawan, karena mereka sudah keterlaluan, terjadilah adu jotos dan dia terpaksa pula  berurusan dengan pihak yang berwajib.

"Jadi, jika sekarang ada informasi aparat keamanan  bertekat memberantas preman-preman, saya sangat mendukungnya, agar masyarakat tenang. Tapi, usut juga para pejabat dan pengusaha-pengusaha serta perbankan yang selalu menggunakan jasa
preman," tandas Amran.(Ant)

Pewarta:

Editor : Zulkifli Lubis


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012