Arosuka, Sumbar (ANTARA Bengkulu) - Pengembangan wisata di Sumatra Barat, khususnya di Arosuka, Kabupaten Solok tidak bertentangan dengan nilai agama dan adat Minangkabau setempat.
jika pengembangan potensi pariwisata bertentangan dengan ajaran Islam dan adat Minangkabau, maka akan menimbulkan polemik, kata Bupati Solok, Sumatera Barat Syamsu Rahim di Arosuka, Selasa.
"Kita di Minagkabau sangat menjunjung tinggi nilai agama dan adat. Untuk itu pengembangan pariwisata tidak boleh bertentangan dengan kedua nilai tersebut sehingga terwujudlah pariwisata yang baik" katanya.
Menurut dia, merealisasikan hal tersebut tidak sulit, seperti pengembangan water boom dengan pemisah antara laki-laki dengan perempuan, ketika tempat mandi laki-laki dengan perempuan sudah dipisahkan, artinya telah menghargai nilai-nilai agama Islam dan adat.
Dalam upaya pengembangan wisata secara modern budaya Minangkabau tidaklah menjadi sebuah penghalang, namun memiliki batasan-batasan dalam hal tertentu.
"Contoh lain, katanya, seperti voli pantai bisa dikembangkan di Kabupaten Solok, namun para pemainnya harus memakai busana yang sopan. Bisa dilakukan inovasi," ujarnya.
Jika hal itu bisa dilakukan, kata dia, pengembangan pariwisata di Kabupaten Solok yang tidak bertentangan dengan budaya akan bisa diwujudkan.(Ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
jika pengembangan potensi pariwisata bertentangan dengan ajaran Islam dan adat Minangkabau, maka akan menimbulkan polemik, kata Bupati Solok, Sumatera Barat Syamsu Rahim di Arosuka, Selasa.
"Kita di Minagkabau sangat menjunjung tinggi nilai agama dan adat. Untuk itu pengembangan pariwisata tidak boleh bertentangan dengan kedua nilai tersebut sehingga terwujudlah pariwisata yang baik" katanya.
Menurut dia, merealisasikan hal tersebut tidak sulit, seperti pengembangan water boom dengan pemisah antara laki-laki dengan perempuan, ketika tempat mandi laki-laki dengan perempuan sudah dipisahkan, artinya telah menghargai nilai-nilai agama Islam dan adat.
Dalam upaya pengembangan wisata secara modern budaya Minangkabau tidaklah menjadi sebuah penghalang, namun memiliki batasan-batasan dalam hal tertentu.
"Contoh lain, katanya, seperti voli pantai bisa dikembangkan di Kabupaten Solok, namun para pemainnya harus memakai busana yang sopan. Bisa dilakukan inovasi," ujarnya.
Jika hal itu bisa dilakukan, kata dia, pengembangan pariwisata di Kabupaten Solok yang tidak bertentangan dengan budaya akan bisa diwujudkan.(Ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012