Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, mengatakan hampir sebagian besar masyarakat di daerah ini memelihara sapi dengan cara mengintegrasikan hewan ternaknya tersebut dengan kelapa sawit.
 
"Hampir sebagian besar masyarakat mulai dari Kecamatan Penarik hingga Kecamatan Ipuh memelihara sapi dengan cara melepaskannya di kebun sawit, mereka melakukannya untuk mendapat pakan bagi hewan ternaknya," kata Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Fitriyani, di Mukomuko, Senin.
 
Ia mengatakan hal itu karena pola pemeliharaan hewan ternak di daerah ini sebesar 80 persen dilepasliarkan di kawasan yang dianggap sebagai tempat pakan hewan ternak.

Masyarakat di daerah ini melepasliarkan hewan ternaknya di lahan perkebunan kelapa sawit karena lahan komoditi perkebunan tersebut yang paling luas di daerah ini.

Masyarakat setempat melepasliarkan hewan ternaknya baik di kebun kelapa sawitnya, kebun sawit milik orang lain maupun di lahan perkebunan kelapa sawit milik perusahaan.

Seperti misalnya PT DDP, perusahaan perkebunan kelapa sawit dan pengolahan minyak mentah kelapa sawit di daerah ini yang memperbolehkan masyarakat melepasliarkan hewan ternaknya di lahan perkebunannya.
 
Anggapan terkait bahaya kotoran sapi terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit karena diduga ada virus dalam kotoran sapi yang berbahaya bagi tanaman kelapa sawit.
 
Keberadaan sapi tidak membahayakan tanaman kelapa sawit apabila jumlah sapi sesuai dengan luas perkebunan kelapa sawit, yakni lima ekor sapi dalam satu hektare.
 
Kbiasaan masyarakat memelihara sapi dengan cara mengintegrasikan hewan ternaknya tersebut dengan kelapa sawit dapat meningkatkan jumlah populasi sapi di daerah ini.
 
Ia menyebutkan populasi sapi selama pandemi COVID-19 di daerah ini sebanyak 25 ribu ekor, berkurang dibandingkan sebelum pandemi COVID-19 sebanyak 25.700 ekor.

Pewarta: Ferri Aryanto

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021