Padi yang sudah memasuki umur dua bulan atau sekitar 60 hari sudah mulai memunculkan bunga dan buah.

Di masyarakat Suku Lembak yang berada di kawasan Kelurahan Jembatan Kecil, Kelurahan Panorama, Kelurahan Singaran Pati dan Kelurahan Dusun Besar yang memiliki lahan sawah akan memasuki aktivitas "Nyage Burung" atau mengusir burung yang memakan padi.

Dalam bahasa Indonesia maknanya adalah menghalau atau mengusir burung yang menjadi hama padi. 

Salah satu petani suku Lembak di Kelurahan Jembatan Kecil, Mustafa menyebutkan bahwa tadisi masyarakat Suku Lembak "Nyage Burung" dilakukan ketika burung datang yaitu pada pagi sekira pukul 06.00 WIB hingga 09.00 WIB dan sore sekitar 16.00 WIB hingga 18.00 WIB. 

"Nyage burung atau jaga burung artinya kita menghalau atau mengusir burung agar tidak memakan padi," kata Mustafa di Bengkulu, Jum'at. 

Ia menambahkan bahwa kegiatan "Nyage Burung" dilakukan seiring berjalannya waktu. 

Sebab saat ini burung yang menjadi hama bagi petani padi tidak takut dengan "Kekebang" atau orang-orangan sawah yang dipakaikan pakaian manusia layaknya orang sungguhan. 

Lanjut Mustafa, dalam "Nyage Burung" ada dua cara yang biasanya digunakan oleh masyarakat yaitu dengan menggunakan blerang yang nantinya diledakkan seperti meriam. 

Kemudian menggunakan alat bernama "Kletong" yang terbuat dari tali yang diberi kayu, kaleng dan didalam kaleng berisikan batuan kecil dan ditarik sehingga menimbulkan bunyi.

"Petani akan menarik tali tersebut dari pondok dan berkeliling disekitar sawah untuk mengusir burung yang menjadi hama padi disaat baru berbuah," katanya.

Pewarta: Anggi Mayasari

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021