Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Nia Niscaya mengatakan bahwa tren berwisata saat pandemi COVID-19 telah mengalami perubahan.
Nia menyebutkan bahwa sejak pandemi frekuensi orang untuk bepergian mengalami penurunan. Namun, durasi waktu untuk tinggal di suatu tempat menjadi lebih lama.
"Sekarang frekuensi bepergian jarang tapi tinggalnya lebih lama kayak bisa lebih dari seminggu," ujar Nia dalam webinar pada Kamis.
Nia juga mengatakan saat ini masyarakat lebih nyaman bepergian dengan seseorang yang lebih dikenal dan tahu tentang riwayat kesehatannya.
Tak hanya itu, harga tiket sekarang tidak menjadi perhatian utama lagi. Menurut Nia, masyarakat lebih memilih transportasi yang menerapkan protokol standar kesehatan yang baik.
"Sekarang orang lebih nyaman kalau bepergian dengan yang sudah tahu temannya, dia sehat. Kalau dulu kan harga yang jadi perhatian pertama, sekarang protokolnya," kata Nia.
Dalam memesan tiket dan hotel masyarakat juga lebih banyak mencari yang terdapat jaminan uang kembali atau bisa mengatur jadwal ulang.
"Refund, reschedule, itu yang menentukan orang dalam memilih perjalanannya karena kalau sewaktu-waktu peraturan berubah tiket bisa direfund atau reschedule," kata Nia.
Berdasarkan data per 9 November 2021, dalam Airbnb's 2021 Winter Release, banyak tamu yang melakukan perjalanan dengan durasi yang lebih lama, bepergian ke lebih banyak lokasi dan tinggal di mana saja menggunakan Airbnb.
20 persen dari seluruh pemesanan penginapan Airbnb pada bulan Juli dan September 2021 memilih menginap untuk jangka waktu satu bulan bahkan lebih, dan hampir setengahnya (45 persen) menginap dalam jangka waktu setidaknya satu minggu.
Sementara itu, Nia mengatakan dalam rangka memulihkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, pemerintah mempersiapkan tatanan kenormalan baru di sektor parekraf, mempersiapkan destinasi wisata dan membangun kepercayaan publik, meningkatkan minat wisatawan dan menciptakan daya tarik.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021
Nia menyebutkan bahwa sejak pandemi frekuensi orang untuk bepergian mengalami penurunan. Namun, durasi waktu untuk tinggal di suatu tempat menjadi lebih lama.
"Sekarang frekuensi bepergian jarang tapi tinggalnya lebih lama kayak bisa lebih dari seminggu," ujar Nia dalam webinar pada Kamis.
Nia juga mengatakan saat ini masyarakat lebih nyaman bepergian dengan seseorang yang lebih dikenal dan tahu tentang riwayat kesehatannya.
Tak hanya itu, harga tiket sekarang tidak menjadi perhatian utama lagi. Menurut Nia, masyarakat lebih memilih transportasi yang menerapkan protokol standar kesehatan yang baik.
"Sekarang orang lebih nyaman kalau bepergian dengan yang sudah tahu temannya, dia sehat. Kalau dulu kan harga yang jadi perhatian pertama, sekarang protokolnya," kata Nia.
Dalam memesan tiket dan hotel masyarakat juga lebih banyak mencari yang terdapat jaminan uang kembali atau bisa mengatur jadwal ulang.
"Refund, reschedule, itu yang menentukan orang dalam memilih perjalanannya karena kalau sewaktu-waktu peraturan berubah tiket bisa direfund atau reschedule," kata Nia.
Berdasarkan data per 9 November 2021, dalam Airbnb's 2021 Winter Release, banyak tamu yang melakukan perjalanan dengan durasi yang lebih lama, bepergian ke lebih banyak lokasi dan tinggal di mana saja menggunakan Airbnb.
20 persen dari seluruh pemesanan penginapan Airbnb pada bulan Juli dan September 2021 memilih menginap untuk jangka waktu satu bulan bahkan lebih, dan hampir setengahnya (45 persen) menginap dalam jangka waktu setidaknya satu minggu.
Sementara itu, Nia mengatakan dalam rangka memulihkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, pemerintah mempersiapkan tatanan kenormalan baru di sektor parekraf, mempersiapkan destinasi wisata dan membangun kepercayaan publik, meningkatkan minat wisatawan dan menciptakan daya tarik.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021