Bengkulu (Antara) - Kondisi kerusakan lingkungan dan perubahan iklim menjadi materi liturgi dalam ibadah perayaan Natal yang digelar Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Bengkulu.

"Kami ingin mengajak mahasiswa dan warga gereja untuk menyadari dan melihat realita kondisi bumi tempat kita berpijak yang semakin rusak," kata Ketua Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Bengkulu Roy Putrawan Manurung, Jumat.

Ia mengatakan bahwa sudah saatnya umat Kristiani lebih peka dan terlibat dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan.

Minimal, kata dia, pemahaman dan membangun kesadaran di kalangan masyarakat bahwa kondisi bumi semakin kritis dan perlu tindakan nyata untuk menghentikan kerusakan yang lebih parah.

"Aksi-aksi kecil yang nyata, seperti mengurangi sampah dan mengelola sampah dengan benar, tidak merusak hutan dan lainnya sudah membantu," tambahnya.

Manurung menilai pembangunan yang bersifat destruktif dan eksploitatif tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan menjadi penyebab utama kerusakan lingkungan di Bengkulu dan Indonesia secara umum.

"Akibatnya ancaman bencana semakin tinggi, seperti banjir, longsor dan bencana lain yang mengancam kehidupan umat manusia," ujarnya.

Perayaan Natal GMKI Cabang Bengkulu yang digelar di Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) mengambil tema dari Lukas 2 ayat 30, "sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari padaMu".

Manurung menambahkan untuk meningkatkan peran mahasiswa dan pemuda gereja dalam gerakan peduli dan penyelamatan lingkungan hidup, GMKI membentuk badan kerja "Natural Conservation".

Para anggota badan bentukan itu membawakan liturgi tentang kewajiban manusia dalam memelihara bumi sesuai Kejadian 1 ayat 27 hingga 28, bahwa manusia diberi perintah untuk memenuhi bumi, menaklukkannya dan berkuasa atasnya.

"Tapi manusia salah menafsirkan dan menganggap mempunyai superioritas, bahkan sampai tindakan semena-mena atau tindakan eksploitatif, bukan eksploratif terhadap alam semesta," katanya.

Puncak dari superioritas manusia adalah hancurnya keharmonisan alam semesta. Padahal, penganugerahan martabat insani kepada manusia adalah penyerahan tanggung jawab untuk mengatur dunia ini agar berjalan dengan baik.

Bahwa puncak tanggung jawab tersebut adalah kembalinya seluruh ciptaan kepada sebuah harapan dan penglihatan Allah, seperti dalam Kejadian 1 ayat 31, yaitu Allah melihat semuanya sungguh amat baik. (Antara)

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013