Batam (Antara) - Harga elpiji tabung 12 kg di Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau mencapai Rp220 ribu per tabung atau naik sekitar 29 persen dibanding sebelumnya, semenjak PT Pertamina menaikkan harga bahan bakar itu  pada 1 Januari 2014.

"Sekarang harganya sudah Rp220.000 per tabung, sebelumnya hanya Rp170.000," kata Agen elpiji Feri, di Natuna, Minggu.

Ia mengatakan harga elpiji di daerah penghasil gas terbesar itu memang tinggi, karena biaya distribusi yang juga besar.

Umumnya, elpiji didatangkan dari Pontianak Kalimantan Barat atau Tanjungpinang Kepulauan Riau melalui transportasi laut.

Biaya transportasi laut yang tinggi, ditambah ketergantungan pengiriman pada cuaca menyebabkan harga bahan bakar di kabupaten terujung Indonesia itu menjulang tinggi.

"Harga di Natuna memang dari dulu selalu di atas daerah lain, karena ongkos kapalnya mahal, belum lagi ditambah ongkos buruh angkutnya," kata dia.

Menurut Feri, peminat elpiji di kabupaten yang terletak di sekitar Laut China Selatan itu memang relatif sedikit. Hanya penduduk kelas menengah ke atas yang menggunakannya.

Dalam sehari, ia mengaku hanya menjual dua hingga tiga tabung elpiji 12 kg. Namun, jika pasokan elpiji di toko lain sempat habis, maka ia mampu menjual hingga 40 tabung tiap pekannya.

"Kebanyakan memang masih pakai minyak tanah. Kalau elpiji 3 kg belum sampai sini, belum masuk konversi gas," kata dia.

Warga Natuna, Agus menyesalkan kebijakan Pertamina yang menaikan harga elpiji hingga ke Natuna. Seharusnya, Pertamina menerapkan kebijakan khusus untuk warga Natuna.

"Aneh, Natuna itu penghasil gas terbesar. Tapi harga elpijinya selangit," kata dia.

Meski naik, ia mengatakan tetap akan menggunakan elpiji 12 kg, karena sudah menjadi kebutuhan pokok.

"Saya terbiasa pakai elpiji sejak tinggal di Batam. Kalau pakai minyak tanah susah lagi. Sementara elpiji 3 kg di sini tidak ada," kata dia.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014