Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Bengkulu dalam waktu dekat akan melakukan operasi bersih jerat harimau baik di lahan masyarakat maupun dalam kawasan hutan.
"Kami akan menurunkan tim terpadu bersama intelijen polisi dan TNI bersama masyarakat untuk memantau lokasi jerat harimau tersebut," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bengkulu Amon Zamora, Selasa.
Ia mengatakan, dampak menjamurnya jerat itu makin menurunkan populasi harimau Sumatra (Panthera tigris Sumatrae) di wilayah Bengkulu karena selama tiga bulan terakhir terdapat tujuh kasus harimau kena jerat, dan bahkan mati.
Dari tujuh kasus tersebut, dua ekor harimau mati, satu selamat dan sisanya berhasil dikembalikan ke hutan dengan cara diusir dari perkampungan warga.
Ia mengatakan, makin tingginya "konflik" harimau-manusia itu, selain habitatnya makin berkurang juga pemburu liar terhadap satwa dilindungi itu makin banyak, dan diduga dilakukan jaringan yang memanfaatkan masyarakat.
BKSDA juga akan bekerja sama dengan kelompok penyelamat harimau Sumatra (PHS) yang sudah lama berada di wilayah Bengkulu, kelompok tersebut serius mempertahankan populasi satwa tersebut.
Kabag Tata Usaha BKSDA Bengkulu Supartono memperkirakan, populasi harimau Sumatra di Bengkulu hingga saat ini sekitar 40 ekor, dari jumlah itu dalam beberapa bulan terakhir diketahui ada beberapa ekor mati.
Kematian harimau itu antara lain terkena jerat warga, contoh terakhir terjadi di Desa Air Petai, Kecamatan Ulu Talo, harimau itu mati dan dikubur warga setempat.
"Untuk mengambil bangkai harimau itu, dilarang warga setempat karena mereka percaya akan mistik bila bangkai harimau itu dibawa ke Bengkulu dikhawatirkan akan ada serangan balik oleh harimau lain terhadap warga setempat," katanya.
Meskipun muncul berbagai alasan warga, BKSDA tetap akan "mengamankan" bangkai harimau tersebut, sedangkan warga yang melarang namanya sudah dicatat dan telah dilaporkan ke polisi untuk diproses. (T.Z005/E005)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
"Kami akan menurunkan tim terpadu bersama intelijen polisi dan TNI bersama masyarakat untuk memantau lokasi jerat harimau tersebut," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bengkulu Amon Zamora, Selasa.
Ia mengatakan, dampak menjamurnya jerat itu makin menurunkan populasi harimau Sumatra (Panthera tigris Sumatrae) di wilayah Bengkulu karena selama tiga bulan terakhir terdapat tujuh kasus harimau kena jerat, dan bahkan mati.
Dari tujuh kasus tersebut, dua ekor harimau mati, satu selamat dan sisanya berhasil dikembalikan ke hutan dengan cara diusir dari perkampungan warga.
Ia mengatakan, makin tingginya "konflik" harimau-manusia itu, selain habitatnya makin berkurang juga pemburu liar terhadap satwa dilindungi itu makin banyak, dan diduga dilakukan jaringan yang memanfaatkan masyarakat.
BKSDA juga akan bekerja sama dengan kelompok penyelamat harimau Sumatra (PHS) yang sudah lama berada di wilayah Bengkulu, kelompok tersebut serius mempertahankan populasi satwa tersebut.
Kabag Tata Usaha BKSDA Bengkulu Supartono memperkirakan, populasi harimau Sumatra di Bengkulu hingga saat ini sekitar 40 ekor, dari jumlah itu dalam beberapa bulan terakhir diketahui ada beberapa ekor mati.
Kematian harimau itu antara lain terkena jerat warga, contoh terakhir terjadi di Desa Air Petai, Kecamatan Ulu Talo, harimau itu mati dan dikubur warga setempat.
"Untuk mengambil bangkai harimau itu, dilarang warga setempat karena mereka percaya akan mistik bila bangkai harimau itu dibawa ke Bengkulu dikhawatirkan akan ada serangan balik oleh harimau lain terhadap warga setempat," katanya.
Meskipun muncul berbagai alasan warga, BKSDA tetap akan "mengamankan" bangkai harimau tersebut, sedangkan warga yang melarang namanya sudah dicatat dan telah dilaporkan ke polisi untuk diproses. (T.Z005/E005)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012