Rejanglebong (Antara) - Harga jual kopi biji asalan di Kabupaten Rejanglebong, Provinsi Bengkulu, saat ini mengalami kenaikan dari Rp16.500 menjadi Rp17.500 - 18.000 per killogram.
"Harga jual kopi bijian dalam sebulan ini mengalami kenaikan dari Rp16.000 menjadi Rp18.000 per kg, kenaikan harga ini terjadi karena buah kopi yang dihasilkan petani saat ini berkurang akibat ada musim gugur bunga yang menyebabkan buah kopi sedikit," kata Marzuki (49) salah seorang petani di Desa Pelalo, Kecamatan Sindang Kelingi, Senin.
Kenaikan harga jual buah kopi tidak dinikmati kalangan petani kopi karena produksi buah dari kebun mereka sedikit dengan rata-rata produksi perhektarenya hanya 800 kg hingga 1,2 ton sementara biaya pengolahan kebun meningkat karena sejumlah obat-obatan pertanian maupun kebutuhan pokok masyarakat justeru mengalami kenaikan.
Naiknya harga jual buah kopi ini tidak bisa menutupi tingginya biaya hidup sehari maupun pembelian obat-obatan pertanian.
Hal ini tambah dia, berbeda dibandingkan dengan tahun sebelumnya harga kopi justeru terpuruk dikisaran Rp14.000 per kg, namun tanaman kopi mereka berbuah lebat dengan produksi perhektarenya bisa mencapai 2,5 ton sehingga mereka tidak terpengaruh dengan anjloknya harga jual komuditas andalan masyarakat daerah itu.
Hal yang sama diutarakan Saripudin (50) petani kopi asal Desa Kepala Curup, Kecamatan Binduriang, seraya berharap produksi buah kopi kebun mereka dapat kembali normal sehingga dapat meningkatkan gairah petani dalam mengolah kebun mereka.
"Semoga saja pengaruh musim hujan yang terjadi pada bulan Oktober sampai Desember 2013 lalu, yang mengakibatkan bunga kopi banyak yang rontok sehingga buah kopi berkurang," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014
"Harga jual kopi bijian dalam sebulan ini mengalami kenaikan dari Rp16.000 menjadi Rp18.000 per kg, kenaikan harga ini terjadi karena buah kopi yang dihasilkan petani saat ini berkurang akibat ada musim gugur bunga yang menyebabkan buah kopi sedikit," kata Marzuki (49) salah seorang petani di Desa Pelalo, Kecamatan Sindang Kelingi, Senin.
Kenaikan harga jual buah kopi tidak dinikmati kalangan petani kopi karena produksi buah dari kebun mereka sedikit dengan rata-rata produksi perhektarenya hanya 800 kg hingga 1,2 ton sementara biaya pengolahan kebun meningkat karena sejumlah obat-obatan pertanian maupun kebutuhan pokok masyarakat justeru mengalami kenaikan.
Naiknya harga jual buah kopi ini tidak bisa menutupi tingginya biaya hidup sehari maupun pembelian obat-obatan pertanian.
Hal ini tambah dia, berbeda dibandingkan dengan tahun sebelumnya harga kopi justeru terpuruk dikisaran Rp14.000 per kg, namun tanaman kopi mereka berbuah lebat dengan produksi perhektarenya bisa mencapai 2,5 ton sehingga mereka tidak terpengaruh dengan anjloknya harga jual komuditas andalan masyarakat daerah itu.
Hal yang sama diutarakan Saripudin (50) petani kopi asal Desa Kepala Curup, Kecamatan Binduriang, seraya berharap produksi buah kopi kebun mereka dapat kembali normal sehingga dapat meningkatkan gairah petani dalam mengolah kebun mereka.
"Semoga saja pengaruh musim hujan yang terjadi pada bulan Oktober sampai Desember 2013 lalu, yang mengakibatkan bunga kopi banyak yang rontok sehingga buah kopi berkurang," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014