Bengkulu (Antara) - Dua tanaman perkebunan yakni kopi dan karet merupakan komoditi dominan untuk program Hutan Kemasyarakatan (HKm) yang dikembangkan petani di Provinsi Bengkulu.

"Sebagian besar mengembangkan tanaman kopi dan karet untuk program hutan kemasyarakatan di Bengkulu," kata Direktur Yayasan Konservasi Sumatra (YKS) Bengkulu Hexa Prima Putra di Bengkulu, Senin.

Ia mengatakan, selain kopi dan karet, ada tanaman pala yang dikembangkan di lokasi HKm di Desa Tebat Pulau Kecamatan Kepahiang, Kabupaten Kepahiang, Bengkulu.

 Program tersebut merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat dengan dana hibah konservasi "Tropical Forest Conservation Action for Sumatra" (TFCA-Sumatera).

"Kami bersama Yayasan Ulayat Bengkulu mendampingi hutan kemasyarakatan di lima lokasi," ujarnya.

Selain di Desa Tebat Pulau, terdapat juga Desa Tebat Monok, Desa Sungai Ipuh, Naga Rantai dan Desa Rindu Hati.

Setiap desa memiliki kawasan HKm minimal 250 hektare, sehingga total luas kawasan lebih 1.000 hektare.

"Masing-masing petani memiliki lahan yang dikelola tidak lebih dari 2 hektare," ujarnya.

Aktivitas konsorsium Ulayat-YKS tersebut berada di wilayah bentang alam Bukit Balai Rejang yang merupakan koridor Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

Pengembangan konsep keterhubungan koridor TNKS-TNBBS di Bentang Alam Bukit Balai Rejang seluas 720 ribu hektare berada di 9 kabupaten di Provinsi Bengkulu.

"Lima lokasi kerja kami sudah meliputi keterhubungan koridor, mulai dari Kaur berbatasan dengan TNBBS hingga Mukomuko berbatasan dengan TNKS," ujarnya.

Konsep keterhubungan habitat dalam koridor tersebut akan dikembangkan melalui pengelolaan hutan berkelanjutan diantaranya skema pengelolaan hutan berbasis masyarakat, restorasi ekosistem, pemanfaatan jasa lingkungan, serta mendorong penerapan "High Conservation Value Forests" di wilayah-wilayah konsesi.
 (Antara)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014