Bengkulu (Antara) - Pulau Tikus yang berjarak lima mil laut dari Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, tertutup kabut asap kebakaran hutan di berbagai wilayah Provinsi Riau.

"Sudah empat hari ini Pulau Tikus tertutup kabut asap. Biasanya terlihat jelas dari pinggir pantai," kata Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Bengkulu Romi Faislah, Sabtu.

Ia mengatakan kabut asap kiriman dari Provinsi Riau cukup mengganggu aktivitas masyarakat di daerah ini.

Pulau Tikus menjadi salah satu tujuan wisata yang mulai terkenal.

"Pekan ini ada 50 orang wisatawan akan ke Pulau Tikus, belum dipastikan batal atau tetap berangkat," ucapnya.

Ia mengatakan meski dapat berlayar dengan menggunakan alat GPS, namun dikhawatirkan para wisatawan akan membatalkan trip tersebut.

Romi yang memiliki profesi sampingan sebagai operator kapal pengangkut wisatawan ke Pulau Tikus mengatakan nelayan juga mengeluhkan dengan kabut asap sebab mengganggu aktivitas melaut.

Ada tiga bahaya yang dihadapi nelayan akibat kepungan asap kiriman dari Riau.

"Pertama nelayan bisa nyasar karena tidak semua pakai GPS, terutama nelayan tradisional," katanya.

Bahaya kedua adalah kapal nelayan bisa menabrak kapal yang lebih besar, sebab pada jarak 10 hingga 20 mil di laut Bengkulu merupakan jalur pelayaran kapal-kapal besar.

Sedangkan bayaha ketiga adalah kerusakan pada alat tangkap seperti jaring, sebab nelayan tidak punya titik pandu untuk menentukan lokasi terumbu karang.

"Nelayan membutuhkan jarak pandang yang jernih ke daratan, yang berfungsi sebagai titik pandu untuk melempar alat tangkap ke posisi yang aman," katanya.

Selain itu, keberadaan puncak gunung dan sejumlah menara yang ada di daratan juga menjadi panduan bagi nelayan tradisional untuk memandu pulang ke darat.

Pewarta: Pewarta Helti Marini Sipayung

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014