Bengkulu (Antara) - Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bengkulu meyakini laju inflasi pada 2014 kembali menuju angka 4,5 persen setelah sempat meningkat tajam pada 2013.

"Kami yakin inflasi pada 2014 kembali ke angka 4,5 persen atau berkisar pada rentang 3,5 sampai 5,5 pada 2014," kata Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bengkulu Piter Abdullah di Bengkulu, Rabu.

Dia mengatakan upaya mengarahkan angka inflasi menuju 4,5 persen tersebut yakni dengan cara mempertahankan suku bunga BI tinggi sebesar 7,5 persen.

"Dengan BI Rate 7,5 persen, perbankan juga akan menaikkan suku bunga pinjaman sehingga jumlah kredit masyarakat akan menurun. Menurunnya pinjaman modal masyarakat akan menahan laju pertumbuhan ekonomi Bengkulu, laju pertumbuhan ekonomi yang tidak terkendali mengakibatkan inflasi besar-besaran," katanya.

Jika laju pertumbuhan ekonomi di Bengkulu tetap dibiarkan naik, menurutnya, akan membuat jumlah uang yang beredar di daerah itu lebih banyak, sedangkan sarana dan prasarana infrastruktur belum mendukung untuk cepatnya penyediaan barang-barang kebutuhan masyarakat, sehingga harga barang menjadi tinggi dan memacu terjadinya inflasi.

"Ini dinamakan pertumbuhan ekonomi semu, naiknya tidak sehat dan memacu terjadinya inflasi karena uang yang beredar lebih banyak dari barang dan jasa yang ada di Bengkulu, inflasi yang terjadi akan berdampak lanjutan dengan inflasi yang lebih besar," kata dia.

Menurut dia pada 2013 laju inflasi bahkan mencapai dua digit angka akibat dampak psikologis masyarakat dalam menyikapi gejolak ekonomi.

"Pada 2013 laju inflasi sampai pada 9,94 persen, ini sedikit mencemaskan, meningkatnya inflasi dikarenakan kenaikan BBM, tarif dasar listrik dan gejolak pasar, namun melihat 2014 yang cenderung tenang, kami prediksi laju inflasi kembali kecil," kata dia.

Laju inflasi Provinsi Bengkulu selama empat tahun terakhir yakni pada 2011 inflasi pada angka 3,95 persen, pada 2012 menjadi 4,61 persen, tahun 2013 meningkat tajam mencapai 9,94 persen dan pada April 2014 laju inflasi mulai turun dan dibukukan pada 8,38 persen.

"Sementara itu sasaran angka inflasi untuk 2015, yakni 4 persen, atau rentang 3 sampat 5 persen," kata Piter

Penyumbang laju inflasi terbesar di Bengkulu pada tahun 2013 dipicu dari dua sektor yakni bahan makanan serta sektor transportasi, keuangan dan jasa.

"Pada sektor bahan makanan tercatar 15,04 sedangkan transportasi, keuangan dan jasa tercatat 16,36, sementara pada tahun 2012 penyumbang terbesar yaitu pendidikan, rekreasi dan olahraga yang mencapai 12,32," kata Piter.

Dia mengimbau masyarakat Bengkulu tidak mudah terpengaruh dampak psikologis sesaat dari gejolak pasar dan mengajak agar tidak menjadi masyarakat yang konsumtif.

"Dari pencairan kredit selama 2013 terlihat bahwa sebanyak 57 persen yang dicairkan oleh bank dipergunakan untuk konsumsi masyarakat seperti kredit kendaraan, alat elektronik dan lainnya, sedangkan untuk modal kerja hanya sekitar 31 persen," katanya.

BI Bengkulu mencatat, sebanyak 6,35 dari 11,2 triliun pencairan dari sektor kredit merupakan konsumsi masyarakat sedangkan untuk modal kerja hanya 3,5 triliun dan investasi berada pada angka terendah yakni, 1,35 triliun.

Dengan mempertahankan suku bunga tinggi 7,5 persen, masyarakat akan berpikir untuk mencairkan kredit sebagai konsumsi, seperti kredit kendaraan, alat elektronik dan lainnya," ujarnya.
***2***

Pewarta: Oleh Boyke LW

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014