Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean C Bengkulu menyebutkan bahwa kegiatan ekspor dari produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masih rendah.
 
Padahal, kata Fungsional Ahli Pertama Bea Cukai Bagian Layanan Informasi KPPBC TMP C Bengkulu, Dadang Sudarmadi, pelaku UMKM di Bengkulu telah melakukan kegiatan ekspor ke luar negeri.

"Berdasarkan informasi yang diterima, banyak pelaku UMKM di daerah Bengkulu yang telah melakukan kegiatan ekspor ke luar negeri, namun masih melalui daerah lain," kata Dadang.
 
Ia menjelaskan bahwa pada penerimaan negara dari bea keluar di Bengkulu hingga saat ini mencapai Rp1,73 miliar.
 
Namun dari total penerimaan tersebut, tidak ada satupun kegiatan ekspor yang bersumber dari produk UMKM masyarakat Provinsi Bengkulu.

Kata dia, rendahnya kegiatan ekspor bagi produk UMKM di Bengkulu disebabkan karena biaya pengiriman yang cukup mahal.
 
Hal tersebut diketahui dari hasil kegiatan asistensi yang dilakukan kepada pelaku usaha kopi di Kabupaten Rejang Lebong, sebab pelaku usaha kopi tersebut mendapatkan pesanan dari buyer di Perancis sebanyak 50 kilogram biji kopi.
 
"Setelah pihak penjual menyetujui hal tersebut dan barang siap dikirimkan, ternyata biaya kirim ke Prancis mencapai Rp250 ribu per kilogram," ujarnya.
 
Lanjut Dadang, mengatakan rata-rata pelaku UMKM di daerah juga belum bisa menjual produknya dalam jumlah banyak, sehingga biaya pengiriman ekspor menjadi lebih mahal.
 
Padahal maskapai penerbangan telah menyetujui untuk menurunkan biaya pengiriman produk UMKM ke luar negeri,tetapi untuk jumlah produk yang dikirimkan tidak bisa sedikit.
 
"Butuh agregator sehingga pengiriman barang ke sana, tidak per orang tapi per kontainer. Di bawah satu ton itu mahal pengirimannya. Sama seperti impor borongan lah jadi di sana ditaruh bersamaan

, sehingga satu kontainer bisa beberapa pengimpor," terangnya.

Pewarta: Anggi Mayasari

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022