Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Pakar ekonomi kelautan Universitas Bengkulu Syaiful Anwar menawarkan pembuatan "rumpon" tempat bersarang ikan di laut sebagai alternatif atas keluhan nelayan karena minimnya hasil tangkapan.

"Rumpon merupakan kearifan lokal dengan membuat sumberdaya ikan terjaga dan tersedia sepanjang masa, artinya nelayan masih terus mendapatkan ikan, kecuali memang pada musim pancaroba," katanya di Bengkulu, Selasa.

Menurut dia, rumpon merupakan sebuah solusi bagi nelayan karena mulai susah mendapatkan ikan di tengah laut.

"Rumpon terbuat dari daun pinang atau kelapa yang disusun sedemikian rupa, ditambatkan ke dalam laut dan diberi pelampung, sebagai pengganti terumbu karang," tambahnya.

Program rumpon ini, menurut dia, perlu didukung pemerintah dan pihak terkait lainnya yang peduli pada nasib nelayan.

Pemerintah bisa libatkan perusahaan atau badan usaha milik negara dan daerah dalam bentuk program pertanggungjawaban sosial perusahaan.

Investasi untuk kegiatan tersebut tidak mahal karena bahan baku merupakan bahan alami ramah lingkungan dan ekonomis.

Dalam era revolusi hijau tindakan atau upaya produksi harus berorientasi pada penundaan kelangkaan sumberdaya alam dan lingkungan.

Rumpon dapat menciptakan efesiensi tenaga dan waktu bagi nelayan, dapat dipasang tidak jauh dari bibir pantai, sehingga waktu tempuh nelayan menjadi singkat dan hemat bahan bakar.

Selain mengusulkan rumpon pakar ekonomi juga menyebutkan perlunya daya kreatif dari nelayan itu sendiri artinya tidak hanya menggantungkan hidup pada laut.

"Potensi darat juga dapat dikelola oleh nelayan secara kreatif," demikian Syaiful.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2011