Rejanglebong,  (Antara) - Sejumlah petani cabai di Kabupaten Rejanglebong, Provinsi Bengkulu, belum bisa menggarap lahan pertanian mereka lantaran kemarau.

"Saat ini harga cabai merah keriting sedang mahal, tapi kami belum bisa menanam karena hujan belum turun. Datangnya musim kemarau ini mempengaruhi tanaman jika saja di sini ada sumber air bisa disiram menggunakan alat penyiram tapi di sini tidak ada sehingga harus menunggu hujan turun, kalau ditanam sekarang tanamannya bisa mati," ujar Hariyanto (39) petani cabai asal Kecamatan Curup Utara, Minggu.

Belum turunnya hujan di daerah itu kata dia, selain membuat kenaikan harga cabai merah keriting baik jenis halus, sedang maupun kasar juga dialami sejumlah sayuran lainnya seperti kol bulat, wortel, sawi, dan terong.

Untuk cabai merah keriting kualitas bagus di tingkatan petani mencapai Rp24.000 per kg, kemudian cabai merah mulsa turun berkisar antara Rp18.000 sampai Rp20.000 per kg, cabai rawit Rp20.000 per kg.

Sementara itu Sumarno (50) petani cabai di kawasan Desa Sumber Bening Kecamatan Selupu Rejang, menyebutkan dirinya sudah menanam cabai sejak sebulan lalu saat hujan masih sering turun, untuk memastikan tanamannya tumbuh di saat musim kemarau sekarang dirinya melakukan penyiraman dengan menggunakan alat siram setiap harinya.

"Tanamannya disiram dengan air yang dibawa dari rumah, mudah-mudahan harga jual cabai ini terus membaik sampai tanamannya siap panen pada pertengahan Desember mendatang, karena sebelumnya harga jual cabai turun di kisaran Rp3.500-Rp5.000 per kg sehingga banyak petani yang mengalami kerugian," ujarnya.

Turun harga jual cabai merah di daerah itu sebelumnya akibat adanya panen serentak oleh petani di daerah itu masuknya cabai merah dari luar daerah seperti Lampung, Jambi, serta dari beberapa daerah di Provinsi Sumatera Selatan, dengan harga yang lebih murah juga kualitasnya lebih bagus.***2***


Pewarta: Oleh Nur Muhamad

Editor : Triono Subagyo


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014