Bengkulu (Antara) - Kepala Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu Evarini mengungkapkan masyarakat setempat mulai sadar bahwa menanam sawit tidak menguntungkan.

"Ini merupakan hal positif, karena masyarakat mulai sadar, lahan sawah yang dulu beralih fungsi menjadi lahan sawit ternyata kurang menguntungkan, dan masyarakat mulai ingin kembali menanam padi," kata dia kepada jurnalis di Bengkulu, Selasa.

Dari keluhan yang diterima pihaknya, perkebunan sawit ternyata tidak membantu meningkatkan status perekonomian masyarakat.

"Setelah dicoba, ternyata mereka mengatakan menanam sawit banyak risikonya, hasil panen harus diangkut, sementara minim infrastruktur jalan, kendala proses pemupukan, sawit menyerap banyak air, sehingga lahan di sekelilig perkebunan sawit terancam kekeringan, jika ada perumahan, maka akan merasakan keterbatasan air konsumsi yang berasal dari sumur, selain itu harga sawit fluktuatif, kadang memang harganya tinggi, namun juga bisa anjlok," katanya.

Menanam padi, menurut dia lebih menguntungkan, selain bisa bertani, masyarakat juga bisa beternak, seperti, di sawah, dalam waktu yang sama dengan masa bercocok tanam, juga bisa membudidayakan ikan.

"Pemerintah siap membantu petani untuk mencari solusi terkait irigasi dan pengairan," ucapnya.

Sebelumnya, Gubernur Bengkulu, Junaidi Hamsyah mengungkapkan pembangunan infrastruktur irigasi untuk lahan sawah Kabupaten Seluma, provinsi itu, direncanakan akan dibangun pada tahun 2015.

"Tahun 2015 kita buat itu, solusinya akan kita buat suplesi, seperti dam, tetapi ditinggikan, agar seluruh sawah bisa diairi," kata dia

Menurut dia, pembangunan irigasi berupa suplesi penampung air tersebut, dikarenakan kondisi topografi sumber air lebih rendah dibandingkan lahan sawah yang ada di daerah itu.

"Jadi air tidak bisa menjangkau sawah, tetapi kalau dibuat dengan sistem suplesi, air dapat dialirkan, ketika pembangunan sudah selesai, baru airnya bisa kita tumpahkan ke lahan sawah," katanya.

Luas sawah yang ada di kabupaten tersebut tepatnya berada pada satu desa, yakni Desa Peninjauan itu menurutnya, mencapai 600 hektare lahan.

"Saat ini merupakan lahan tadah hujan, sehingga hanya bisa ditanam sekali dalam setahun, karena belum ada sumber air (yang dapat menjangkau sawah), setelah dapat dijangkau oleh air, kita yakin akan menjadi lahan produktif," ujarnya. (Antara)

Pewarta: Oleh Boyke LW

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014