Bengkulu,  (ANTARA Bengkulu) - Anggrek pensil (vanda hookeriana) di sekitar Danau Dendam Tak Sudah Kota Bengkulu terancam punah karena habitatnya rusak dan berubah fungsi menjadi permukiman penduduk.

Habitat bunga langka itu mulai dari jalan raya Bengkulu-Kepahiang menelusuri tanggul menuju ke Desa Surabaya yang saat ini menjadi kawasan perumahan penduduk hingga ke poros jalan Nakau-Air Sebakul, kata Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Bengkulu Anom Zamora.

Ia mengatakan, kawasan habitat anggrek pensil itu adalah wilayah resapan air, namun sekarang berubah menjadi areal perumahan masyarakat yang dibangun perusahaan perumahan mulai tahun 90-an.

"Habitat yang masih ada juga rawan kebakaran bila musim kemarau tiba sedangkan jumlah pohon bunga langka itu dapat dihitung dengan jari,"  katanya.

Untuk mempertahankan keberadan bunga tersebut, BKSDA mulai membudidayakan pohon anggrek pensil yang masih ada yaitu di sekitar Danau Dendam Tak Sudah tersebut.

Anggrek pensil itu awalnya ditemukan beberapa batang pada habitatnya di kawasan Danau Dendam Tak Sudah (DDTS) beberapa tahun lalu, kemudian dibudidayakan dengan melibatkan kelompok ibu-ibu penyayang bunga di Bengkulu.

Setelah dibudidayakan tanaman langka itu mulai berkembang biak dan rencananya akan ditanam kembali pada habitat awal di sekitar obyek wisata DDTS tersebut.

Awalnya bunga langka itu ditemukan hanya tujuh stek, sekarang sudah berkembang antara 400-700 batang dan tumbuh cukup baik seperti alami.

Bunga anggrek itu selama tumbuh di sekitar DDTS dalam kawasan Cagar Alam Dusun Besar (CADB), namun populasinya hampir punah akibat habitatnya rusak terbakar saat musim kemarau.

Kepala Tata Usaha BKSDA Bengkulu Supartono mengatakan, bunga langka di dunia itu awalnya sangat banyak tumbuh di sekitar danau tersebut, namun akibat kerusakan kawasan hutan cagar alam di bagian hulunya, debit air danau turun drastis pada saat musim kemarau.

Padahal anggrek yang punya nilai jual tinggi itu hidup menumpang pada bunga bakung (crinum asiaticum), sementara bunga bakung itu banyak yang mati akibat surutnya permukaan air danau dan terbakar pada musim kemarau.

Dalam surveinya di sekitar DDTS beberapa tahun lalu berhasil menemukan beberapa puluh batang bunga vanda yang masih hidup sempurna, tujuh batang di antaranya diambil dan dibudidayakan untuk diselamatkan dari kepunahan.

Pembudidayaan bunga vanda itu kerjasama dengan Ny. Maimuna, salah seorang penggemar anggrek di Kota Bengkulu dan kini sudah berhasil dikembangkan sebanyak 400 batang.

Dari jumlah itu sudah dikembalikan ke habitatnya di sekitar DDTS sebanyak 200 batang dan sudah hidup secara alami, sehingga warga Bengkulu ke depan akan menikmati keindahan bunga anggrek pensil tersebut, katanya.

Di Provinsi Bengkulu anggrek pensil satu-satunya hidup dirawa-rawa di sekitar DDTS dalam Cagar Alam Dusun besar (CADB), namun di habitanya itu sekarang sudah sangat jarang dijumpai dan terancam punah.

Untuk mengatisipasi kepunahan bunga langka itu, BKSDA berupaya untuk membudidayakannya dan terbukti berhasil, sehingga bunga vanda tersebut masih aman dari kepunahan.

Bunga anggrek pensil mempunyai warna yang indah dan menawan serta mempunyai kesegaran yang tahan lama (22 hari), bunga tersebut merupakan salah satu jenis anggrek di Indonesia yang dapat merebut hati masyarakat Inggris.

Saat Inggeris menduduki Bengkulu sekitar tahun 1882 bunga langka itu dinobatkan sebagai "Ratu Anggrek" dan pernah mendapatkan hadiah "Fist Class Certificate".

Anggrek ini pertama kali ditemukan oleh Lobb di Labuan Kalimantan, namun vanda hookerinia diberikan sebagai penghormatan terhadap Sir William Jackson Hooker, seorang mahaguru ahli botani yang pernah menjabat sebagai direktur kebun raya Kew Inggris, kata Supartono.(zul)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012