Rejanglebong (Antara) - Kondisi hutan lindung Bukit Balai Rejang, Kabupaten Rejanglebong, Provinsi Bengkulu, saat ini telah memprihatinkan dengan maraknya aksi pembalakan liar dan perambahan yang terjadi di daerah itu.

"Saat ini kondisi hutan lindung Bukit Balai Rejang sudah memprihatinkan sekali, hal ini bisa dilihat dengan terjadinya bencana tanah longsor dan banjir yang terjadi dalam beberapa pekan belakangan. Selama ini hutan lindung itu tidak pernah longsor dan banjir, tetapi pada awal Februari 2015 lalu di kawasan ini terjadi banjir dan tanah longsor," kata koordinator LSM Pengawasan Masyarakat (Pekat) Bengkulu, Ishak Burandam di Rejanglebong, Selasa.

Hutan lindung Bukit Balai Rejang di daerah tersebut kata dia, masuk di wilayah di Kecamatan Sindang Beliti Ilir dan Sindang Dataran dengan luasan 16.000 hektare lebih saat ini kondisinya tersisa 10 persen yang masih berbentuk hutan selebihnya sudah dirambah masyarakat pendatang untuk areal perkebunan kopi.

Maraknya perambahan hutan ini telah berakibat terjadinya musibah tanah longsor dan banjir yang terjadi pada awal Februari lalu dengan meluapnya Sungai Air Beliti yang meliputi empat kecamatan yakni Kecamatan Sindang Beliti Ulu, Sindang Beliti Ilir, Sindang Dataran dan Kecamatan Kota Padang. Dimana banjir ini mengakibatkan jalan provinsi di antara Desa Merantau dan Periang Kecamatan Sindang Beliti Ilir terendam banjir dan longsor yang menimbun badan jalan.

Bencana alam akibat kerusakan hutan lindung di daerah itu kata dia, sebagai lemahnya pengawasan terhadap praktik perambahan dan penindak dari dinas terkait dan terkesan dibiarkan. Jika ingin menyelamatkan hutan maka pihak-pihak terkait harus membuat tindakan tegas.

Pewarta: Oleh Nur Muhamad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015