Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, menjadi lokasi penting menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sejak subuh, Soekarno dan Mohammad Hatta diculik oleh para pemuda.
Para pemuda membawa Soekarno dan Hatta setelah terjadi kebuntuan mengenai keputusan memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Wacana proklamasi kemerdekaan sejatinya telah muncul sejak kekalahan Jepang.
Informasi ini didapat setelah Soekarno, Hatta, dan dr. Radjiman Wedyodiningrat memenuhi panggilan Jenderal Hisaichi Terauchi ke Kota Dalat, Vietnam pada 9 Agustus 1945. Pertemuan itu membahas posisi Jepang yang terdesak dalam Perang Asia Timur Raya oleh sekutu.
Baca juga: Jejak kuliner Bung Karno di Bengkulu, dari sukiyaki hingga durian
Sepulang dari Dalat pada 14 Agustus 1945, tiga tokoh tersebut berusaha diyakinkan oleh para pemuda. Kebuntuan sikap itu memunculkan reaksi para pemuda dan penculikan.
Perdebatan mengenai rencana proklamasi tak kunjung berhasil hingga siang hari. Berdasarkan catatan, Soekarno sempat marah karena tidak memulai revolusi.
Setelah emosinya mereda, Soekarno mulai menurunkan nada bicara. Dia menyebut telah merencanakan proklamasi dijalankan pada 17 Agustus.
“Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi, saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik,” ucap Soekarno.
Dialog antara pemuda dan Soekarno tersebut ditulis Lasmidjah Hardi dalam buku Samureda Merah Putih Jilid I. Menurut Soekarno, angka 17 adalah angka suci.
Baca juga: Basarah soroti kesamaan tanggal lahir Jokowi dengan wafatnya Soekarno
“Pertama-tama, kita sedang berada dalam bulan suci Ramadan, waktu kita semua berpuasa, ini berarti saat yang paling suci bagi kita,” kata Soekarno.
Soekarno mengatakan tanggal 17 merupakan hari Jumat. Menurut dia, hari Jumat pada 17 Agustus tersebut masuk dalam pasaran Legi yang dia percaya “Jumat yang berbahagia, Jumat suci”.
Soekarno juga menyebut bahwa Al-Qur’an juga diturunkan tanggal 17. “Orang Islam sembahyang 17 rakaat, oleh karena itu kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia,” ucap dia.
Setelah itulah, peristiwa bersejarah itu tercatat. Dari rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jakarta tonggak sejarah Indonesia dimulai.
Setelah semalaman merumuskan naskah proklamasi, pada 17 Agustus 1945 pada pukul 05.00, keluar dari rumah Maeda dan mempersiapkan kemerdekaan di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta pada 10.00.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023
Para pemuda membawa Soekarno dan Hatta setelah terjadi kebuntuan mengenai keputusan memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Wacana proklamasi kemerdekaan sejatinya telah muncul sejak kekalahan Jepang.
Informasi ini didapat setelah Soekarno, Hatta, dan dr. Radjiman Wedyodiningrat memenuhi panggilan Jenderal Hisaichi Terauchi ke Kota Dalat, Vietnam pada 9 Agustus 1945. Pertemuan itu membahas posisi Jepang yang terdesak dalam Perang Asia Timur Raya oleh sekutu.
Baca juga: Jejak kuliner Bung Karno di Bengkulu, dari sukiyaki hingga durian
Sepulang dari Dalat pada 14 Agustus 1945, tiga tokoh tersebut berusaha diyakinkan oleh para pemuda. Kebuntuan sikap itu memunculkan reaksi para pemuda dan penculikan.
Perdebatan mengenai rencana proklamasi tak kunjung berhasil hingga siang hari. Berdasarkan catatan, Soekarno sempat marah karena tidak memulai revolusi.
Setelah emosinya mereda, Soekarno mulai menurunkan nada bicara. Dia menyebut telah merencanakan proklamasi dijalankan pada 17 Agustus.
“Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi, saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik,” ucap Soekarno.
Dialog antara pemuda dan Soekarno tersebut ditulis Lasmidjah Hardi dalam buku Samureda Merah Putih Jilid I. Menurut Soekarno, angka 17 adalah angka suci.
Baca juga: Basarah soroti kesamaan tanggal lahir Jokowi dengan wafatnya Soekarno
“Pertama-tama, kita sedang berada dalam bulan suci Ramadan, waktu kita semua berpuasa, ini berarti saat yang paling suci bagi kita,” kata Soekarno.
Soekarno mengatakan tanggal 17 merupakan hari Jumat. Menurut dia, hari Jumat pada 17 Agustus tersebut masuk dalam pasaran Legi yang dia percaya “Jumat yang berbahagia, Jumat suci”.
Soekarno juga menyebut bahwa Al-Qur’an juga diturunkan tanggal 17. “Orang Islam sembahyang 17 rakaat, oleh karena itu kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia,” ucap dia.
Setelah itulah, peristiwa bersejarah itu tercatat. Dari rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jakarta tonggak sejarah Indonesia dimulai.
Setelah semalaman merumuskan naskah proklamasi, pada 17 Agustus 1945 pada pukul 05.00, keluar dari rumah Maeda dan mempersiapkan kemerdekaan di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta pada 10.00.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023