Amerika Serikat tetap berupaya memulangkan Travis King, tentara AS yang menerobos ke Korea Utara pada Juli, menurut seorang pejabat Gedung Putih --kantor presiden AS-- pada Rabu (16/8).

Sebelumnya pada hari yang sama, Korea Utara menyatakan bahwa prajurit AS itu ingin mencari suaka di Korut atau negara lain.

Koordinator komunikasi strategis Dewan Keamanan Nasional (NSC) Amerika Serikat, John Kirby, bersikeras bahwa pernyataan-pernyataan Korut tidak bisa dipercaya.

"Menurut saya, apa pun yang keluar dari Pyongyang harus dipertanyakan," kata pejabat NSC itu saat konferensi pers, yang diselenggarakan oleh Foreign Press Center Washington.

Travis King menerobos garis batas militer menuju Korea Utara ketika ia mengikuti tur berkelompok ke Kawasan Keamanan Bersama di Zona Demiliterisasi pada 18 Juli.

"Kami cenderung tidak terlalu percaya pada pernyataan-pernyataan yang keluar dari Pyongyang," kata Kirby. Ia mengacu pada pusat pemerintahan Korut yang berada di ibu kota negara itu, Pyongyang.

Kirby menekankan bahwa AS masih ingin tahu di mana Travis King berada, juga bagaimana kondisi sang prajurit.

"... karena tentunya kami mengkhawatirkan keadaan terburuk, dan sayangnya kami punya berbagai alasan untuk khawatir soal keselamatannya," katanya.

Kirby mengatakan AS sudah menjelaskan kepada Korea Utara melalui berbagai saluran bahwa pihaknya menginginkan King kembali ke AS.

"Tapi, kami saat ini tidak punya banyak informasi tentang di mana dia berada ataupun bagaimana kondisinya," ujar Kirby.

"Adalah sikap yang tidak bertanggung jawab kalau kami memercayai apa pun yang keluar dari Pyongyang."

Sumber: Yonhap-OANA

Pewarta: Tia Mutiasari

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023