Pemerintah Provinsi Bengkulu bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mulai mengaji potensi hutan provinsi berjuluk "Bumi Rafflesia" itu untuk menjadi bagian Program Folu Net Sink.
 
"Kami sekarang sedang menyelesaikan tahap pengkajian dan kerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, untuk Program Folu Net Sink," kata Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah di Bengkulu, Jumat.
 
Dia mengatakan Bengkulu menggagas pemanfaatan luas kawasan hutan sebagai bagian dari "paru-paru Indonesia", menjadi salah satu daerah penghasil oksigen.
 
"Sekarang itu sedang kami gagas untuk mendapatkan kompensasi dengan luasan kawasan hutan di Bengkulu yang menghasilkan oksigen," kata dia.
 
Program tersebut, katanya, tentunya juga akan menjadi upaya partisipasi menekan polusi udara, khususnya untuk kualitas udara Provinsi Bengkulu.
 
Sesuai data 2022, luas kawasan hutan di Provinsi Bengkulu mencapai 924.631 hektare atau 46,1 persen dari luas wilayah sekitar 2.003.050 hektare.
 
Sejumlah luas hamparan hutan tersebut dalam pengawasan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Bengkulu, di mana seluas 461.666 hektare berupa hutan lindung dan hutan produksi.
 
Selebihnya, kawasan hutan Bengkulu merupakan kawasan taman nasional, cagar alam, taman wisata alam dan taman buru serta taman hutan raya.

Rohidin mengatakan Bengkulu saat ini memang memiliki satu pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang masuk dalam kategori penghasil energi tidak ramah lingkungan dan memengaruhi kualitas udara. Namun, hal itu merupakan investasi yang telah berjalan dan tidak bisa tiba-tiba langsung dihentikan.

"Makanya saya bilang, investasi yang berjalan tidak mungkin membatalkan begitu saja, seperti yang saya sampaikan dulu. Tapi ketika nanti Bengkulu bisa mengeksplorasi panas bumi, dan pembangkit 2 kali 55 megawatt mulai berfungsi, itu yang paling ramah lingkungan (dapat menggantikan kerja PLTU sebagai pemasok listrik, red.)," ujarnya.

Pewarta: Boyke Ledy Watra

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023