Bengkulu (Antara) - Provinsi Bengkulu memilik sejumlah peninggalan sejarah dan panorama alam yang indah, termasuk floranya Rafflesia arnoldii sehingga bisa dijadikan destinasi wisata.

Beberapa peninggalan sejarah itu ada di Kota Bengkulu seperti Benteng Marlborough, Rumah Pengasingan Bung Karno, Rumah Kediaman Fatmawati, dan Tapak Paderi.

Selain itu, di Kota Bengkulu ada Pantai Panjang dengan hamparan pasir, pohon-pohon cemara, serta deburan ombak yang cukup bagus untuk dikunjungi.

Begitu pula di setiap kabupaten yang ada di provinsi tersebut memiliki destinasi wisata tersendiri. 

Wakil Gubernur Bengkulu Sultan Najamudin pun mengatakan keindahan alam dan sejumlah fakta sejarah membuat Kota Bengkulu dan sekitarnya potensial menjadi destinasi wisata di Indonesia.

"Kekayaan alam dan peninggalan sejarah membuat Bengkulu memiliki potensi besar menjadi destinasi wisata," kata dia saat menyampaikan sambutan dalam pembukaan "Indonesia Youth Forum" (IYF) atau Forum Pemuda Indonesia di Kota Bengkulu, pertengahan pekan lalu.

Ia mengatakan keindahan alam yang dimaksud antara lain objek wisata Pantai Panjang di Kota Bengkulu. Pesisir pantai sepanjang lebih tujuh kilometer itu menjadi andalan Kota Bengkulu untuk menarik wisatawan.

Termasuk keberadaan Pulau Tikus yang merupakan pulau terdekat dari Kota Bengkulu yang dapat dijadikan sebagai objek wisata bahari.

"Bengkulu tidak kalah dari daerah lain untuk urusan wisata, jadi kami harapkan peserta Forum Pemuda Indonesia ini agar sempatkan berwisata," ucap dia.

Sementara, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Rejanglebong, Provinsi Bengkulu, Wahono menyebutkan Taman Wisata Alam Bukit Kaba di daerah itu cocok sebagai tempat pengembangan ekowisata.

"Potensi pariwisata Bukit Kaba jika dikembangkan sangat menjanjikan," ujar dia yang juga Ketua Komisi II DPRD Rejanglebong.

Pengunjung selain dapat menikmati keindahan alam pegunungan juga bisa berbelanja aneka sayuran yang membentang luas di kaki Bukit Kaba.

Lokasi tersebut bisa dijadikan ekowisata yang potensial, tambahnya.

Model pengembangan ekowisata di daerah tersebut, adalah pelibatan masyarakat di sekitar lokasi wisata melalui pembinaan serta pemberian modal. Kalangan petani di kawasan kaki bukit ini, bisa mengembangkan aneka tanaman sayuran maupun buah-buahan.

Pengembangan ekowisata tersebut selain akan memberikan pendapatan bagi daerah dalam bentuk PAD, tambah dia, juga akan menjadikan lahan mata pencaharian masyarakat dengan menawarkan langsung tanaman mereka kepada pengunjung.

"Pengunjung bisa membeli sayuran atau buah-buahan dengan memetik di kebunnya secara langsung. Cara ini akan menaikkan nilai jual sayuran atau buah-buahan yang dihasilkan warga. Model pariwisata ini sudah banyak dilakukan pada sejumlah lokasi wisata di Jawa, kalau ini diterapkan saya yakin pengunjungnya akan banyak," ujarnya.

Selama ini TWA gunung api Bukit Kaba, kata dia, hanya mengandalkan pemandangan alam semata dan belum ada terobosan pendirian pusat perbelanjaan cendera mata, sayur-sayuran atau buah-buahan yang dibangun pemerintah di daerah itu.

Para pengunjung yang pulang ke daerahnya masing-masing setelah datang ke Bukit Kaba cuma bisa bercerita tentang keindahan alam saja yang diabadikan dengan foto atau video. Padahal, jika dibuat pusat penjualan kerajinan atau cendera mata tentunya akan menjadi kenang-kenangan mereka selain melalui foto atau rekaman video.

Sementara itu, menurut Samidi (45), pengelola kelompok sadar wisata gunung api Bukit Kaba, setiap akhir pekan maupun musim liburan sekolah atau Hari Raya tempat wisata ini selalu ramai pengunjung, baik dari wilayah Bengkulu maupun dari provinsi lainnya.

"Kebanyakan mereka yang datang ke sini adalah kalangan pelajar dan mahasiswa dan ada juga pengunjung umum. Mereka yang datang ini selain dari Kota Curup, Kota Bengkulu serta dari luar daerah seperti Kota Palembang, Lubuklinggau dan daerah lainnya," tuturnya.

Para pengunjung wisata yang datang ke kawasan tersebut, kata dia, umumnya datang untuk melihat keindahan alam Bukit Kaba dan juga melakukan perkemahan. Para pengunjung yang datang ini dipungut biaya untuk hari biasa Rp4.000 per orang dan jika hari libur sebesar Rp5.000 per orang.



Cukup Menjanjikan 

Bupati Rejanglebong Suherman menyebutkan, daerah itu memiliki potensi wisata alam yang cukup menarik dan berpotensi untuk dikembangkan.

"Kabupaten Rejanglebong saat ini memiliki potensi wisata alam yang cukup menarik dan akan memberikan pemasukan bagi daerah jika dikelola dengan baik. Prasarana penunjang di lokasi wisata alam itu sendiri berupa jalan penghubung sudah dibangun oleh Pemkab Rejanglebong, dan tinggal membangun sarana prasana pendukung wisata lainnya," papar dia. 

Potensi wisata alam yang dimiliki daerah tersebut, kata dia, selama hampir 10 tahun kepemimpinannya beberapa di antaranya sudah dibangun dan menjadi tujuan wisata.

Untuk itu, dia berharap Bupati Rejanglebong selanjutnya agar dapat menggarap potensi wisata alam yang dimiliki daerah itu sehingga dapat memberikan pemasukan bagi daerah dalam bentuk PAD, serta menjadi Kabupaten Rejanglebong sebagai salah satu tujuan wisata favorit di Bengkulu.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Rejanglebong, Suwardi Latif mengatakan pada tahun ini daerah itu mendapat kucuran anggaran Rp10 miliar dari Pemprov Bengkulu untuk peningkatan sarana dan prasarana pendukung di dua lokasi wisata yang ada di Rejanglebong.

"Tahun ini dua lokasi wisata di Kabupaten Rejanglebong akan menerima program peningkatan sarana dan prasarana pendukung dari Pemprov Bengkulu sebesar Rp10 miliar. Bantuan ini berupa peningkatan sarana prasarana di Danau Bermanei Kecamatan Curup Utara dan satu lagi di Suban Air Panas dengan anggaran masing-masing Rp5 miliar," ujarnya.

Adanya bantuan anggaran peningkatan sarana prasarana wisata itu sendiri sangat mereka syukuri, mengingat anggaran yang dimiliki daerah itu sangat terbatas sehingga tidak bisa digunakan untuk pengembangan kawasan wisata yang dimiliki daerah tersebut.

Untuk mengembangkan satu lokasi wisata yang dimiliki Kabupaten Rejanglebong kata dia, setidaknya membutuhkan anggaran hingga Rp1 miliar, yang digunakan untuk pembebasan lahan, pembangunan sarana dan prasarana pendukung wisata serta akses jalan. 

Sedangkan Kelompok Sadar Wisata "Sungai Hitam" di Kelurahan Beringin Raya Kota Bengkulu, akan mengembangkan kawasan muara Sungai Hitam di pesisir pantai Bengkulu menjadi objek wisata berbasis konservasi.

"Karena dari beberapa titik lokasi wisata pantai di Kota Bengkulu, kawasan Sungai Hitam yang masih memiliki hutanyang asri dan habitat mangrove," ucap Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sungai Hitam Kota Bengkulu, Zen Karma Jaya.

Ia mengatakan kawasan seluas kurang lebih 20 hektare di perbatasan Kota Bengkulu dengan Kabupaten Bengkulu Tengah itu akan dikembangkan menjadi objek wisata sekaligus ruang publik dengan berbagai fasilitas.

Bebebapa kegiatan konservasi yang akan dikembangkan yakni pelestarian habitat mangrove di muara Sungai Hitam, pemeliharaan hutan cemara dan konservasi penyu.

"Dua tahun lalu masih ada penyu yang mendarat di pantai muara Sungai Hitam untuk bertelur, tapi perlu menjaga telurnya sehingga tidak diambil orang," ujarnya.

Kegiatan Pokdarwis beranggotakan 30 orang yang baru dibentuk pada September 2014 itu akan diawali dengan pembuatan jalan setapak di dalam kawasan hutan pinggir pantai tersebut untuk memudahkan akses pengunjung. 

Zen mengatakan pengembangan kawasan tersebut menjadi objek wisata berbasis konservasi tidak terlepas dari upaya perlindungan hutan pantai atau "green belt".

"Karena ancaman bencana seperti abrasi dan angin kencang sangat rawan terjadi sehingga hutan pantai harus dilestarikan," ungkapnya.

Selain wilayah muara Sungai Hitam, wisata pesisir pantai Bengkulu yang sudah cukup terkenal antara lain Pantai Panjang dan Pantai Kualo.

Dua lokasi wisata ini menjadi ikon Provinsi Bengkulu yang menawarkan berbagai wahana permainan air antara lain kano dan bermain "banana boat".

Sementara itu, sarana penunjuang lainnya seperti hotel dan penginapan terus berkembang sehingga pengunjung tidak perlu ragu untuk datang ke Bengkulu.***1***

Pewarta:

Editor : Triono Subagyo


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015