Rejanglebong (Antara) - Produksi gula aren dari para masyarakat di Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejanglebong, Provinsi Bengkulu, mengalami penurunan akibat musim kemarau melanda daerah itu.

Menurut Kepala Desa Air Meles Atas Kecamatan Selupu Rejang Wahyono, Minggu, rata-rata produksi gula yang dihasilkan masyarakat di daerah itu saat ini mengalami penurunan dari 5 ton per hari menjadi 3,5-4 ton perharinya.

Penurunan jumlah produksi ini akibat pengaruh musim kemarau yang melanda daerah itu.

Penurunan produksi gula aren atau disebut masyarakat setempat "gula batok" karena pertumbuhan manggar atau tandan buah yang akan disadap atau "dideres" menjadi lamban. Akibatnya perajin yang menderes air nira juga harus pandai-pandai memilih manggar yang akan dideres.

"Biasanya manggar yang dideres saat sudah berbuah biasanya akan cepat layu dan produksi air niranya juga sedikit. Kalau musim kemarau seperti ini dianjurnya untuk menderes manggar yang masih berbunga karena produksi airnya masih banyak dan tidak cepat layu," katanya.

Produksi air nira saat musim kemarau saat ini rata-rata turun antara 30-40 persen, jika sebelumnya satu manggar di batang pohon aren perharinya bisa menghasilkan nira satu bumbung bambu ukuran 12 liter maka saat ini rata-rata menghasilkan 10 liter air nira.

Selain itu air nira hasil penyadapan saat musim kemarau juga akan terasa masam jika manggar yang disadap tidak ditutupi plastic. Hal ini akibat pengaruh panas matahari. Gula yang dihasilkan dari nira masam biasanya tidak laku di jual.

Di Desa Air Meles Atas, dari 602 kepala keluarga (KK) yang berprofesi sebagai perajin gula aren hampir 90 persen atau sebanyak 596 KK, dengan produksi perharinya mencapai 5 ton. Tetapi saat ini jumlah produksinya turun berkisar antara 3,5-4 ton perhari.

"Kalau satu pengrajin menghasilkan 5 kg sampai 10 kg per hari maka produksinya bisa mencapai 5 ton, tapi sekarang perorangnya paling banyak menghasilkan 6kg gula batok," ujarnya.. ***3***

Pewarta: Nur Muhammad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015