Mukomuko (Antara) - Nelayan tradisional di Pantai Indah Mukomuko, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, mengeluhkan tebalnya kabut asap di wilayahnya, karena mengganggu jarak pandang saat beraktivitas di laut.

"Kabut asap ini membuat nelayan sering nyasar. Seharusnya tujuan ke perairan Sembungo, tetapi melewati perairan itu, terpaksa perahu berbalik arah," kata Sekretaris Kelompok Nelayan Pantai Indah Mukomuko Sahrial, di Mukomuko, Senin.

Ia mengatakan, kabut asap juga membuat jarak pandang nelayan yang berangkat melaut pada pagi hari menjadi semakin pendek hanya 100 meter.

Sehingga, katanya, membuat nelayan di wilayah ini semakin sulit untuk menentukan lokasi dan posisi untuk menangkap ikan.

Nelayan, katanya, ingin menggunakan GPS tetapi tidak semua perahu nelayan yang menggunakan. Hanya beberapa perahu nelayan saja yang menggunakan GPS.

Kabut asap, katanya, membuat kualitas pengolahan ikan di pantai sini menjadi tidak bagus karena matahari tertutup kabut asap.

"Ikan yang dijemur di matahari itu warnanya menjadi kuning sehingga harganya pun turun," ujarnya.

Biasanya harga udang sae yang dijemur kering itu, sebutnya, harganya sebesar Rp20.000 per kilogram sekarang menjadi Rp12.000 per kilogram.

Kabid Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Mukomuko Rahmad Hidayat menyarankan nelayan di daerah itu menggunakan GPS untuk mencari posisi ikan.

"Nelayan bisa gunakan GPS untuk mencari posisi ikan. Bagi nelayan yang tidak punya GPS bisa mengikuti nelayan yang punya alat tersebut," ujarnya.

Dalam kondisi kabut asap sekarang ini, katanya, instansi itu tidak punya solusi untuk mengatasi masalah nelayan. Karena kabut asap itu termasuk bencana.***1***

Pewarta: Ferri Arianto

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015