Paris (Antara) - Dewan Pengarah Majelis Ulama Indonesia, Din Syamsuddin menyampaikan duka cita dan kehilangan mendalam setelah mendapat kabar duka tentang kepergian Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Slamet Efendy Yusuf yang meninggal pada Rabu (2/12) pukul 23.00 WIB di Bandung.
Di sela mengikuti pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) PPP tentang Perubahan Iklim (UNFCCC/COP) ke-21 di Paris, Perancis, Din mengatakan sangat terkejut mendapat kabar duka cita dari Tanah Air.
"Beliau sahabat saya sejak bersama-sama menjadi pemimpin organisasi keagamaan. Orangnya sangat baik dan merupakan aktivis pejuang," kata Din di Paviliun Indonesia di Le Bourget, Paris, Kamis, waktu setempat.
Din mengatakan bahwa Slamet adalah sosok aktivis pejuang yang patut dicontoh oleh umat Islam Indonesia. Sebagian besar hidupnya diabdikan untuk dakhwah dan menjadi pencerah bagi umat Islam dan bangsa Indonesia.
Karena itu, menurut Din, kepergian Slamet tidak hanya kehilangan bagi warga NU tapi menjadi kehilangan bagi bangsa Indonesia.
"Selain kegigihannya memperjuangkan apa yang diyakininya, ada hal lain yang perlu dicontoh yaitu luasnya radius pergaulan beliau," ucapnya.
Memperluas pergaulan menjadi salah satu solusi untuk mempererat persaudaraan di antara masyarakat Indonesia yang sangat majemuk, kata Din.
Ia juga mengenang dan mengapresiasi kerja keras Almarhum yang terlibat dalam menyukseskan dua agenda besar pada 2015 yakni Kongres Umat Islam Indonesia dan Musyawarah Nasional Majelis Ulama Indonesia (MUI).
"Saya justru baru tahu bahwa Almarhum juga terlibat dalam forum pengkajian di MPR dan beliau sedang dalam masa tugas itu saat meninggalkan kita semua. Karena itu sekali lagi kami menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga dan seluruh warga NU," kata Din.
Slamet Efendy Yusuf yang lahir pada 12 Januari 1948 meninggal saat sedang mengikuti acara lembaga pengkajian MPR. Slamet pernah menjabat sebagai Ketua MPR-RI periode 1988-1993 dan anggota DPR RI periode 1992-2009 dari Partai Golkar.
Selain itu, Slamet juga pernah menjabat sebagai Ketua DPP Partai Golkar dan sempat pula menjabat Ketua PBNU periode 2010-2015, Ketua MUI pada periode 2009-2014 dan Waketum MUI 2015-2020.***4***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015
Di sela mengikuti pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) PPP tentang Perubahan Iklim (UNFCCC/COP) ke-21 di Paris, Perancis, Din mengatakan sangat terkejut mendapat kabar duka cita dari Tanah Air.
"Beliau sahabat saya sejak bersama-sama menjadi pemimpin organisasi keagamaan. Orangnya sangat baik dan merupakan aktivis pejuang," kata Din di Paviliun Indonesia di Le Bourget, Paris, Kamis, waktu setempat.
Din mengatakan bahwa Slamet adalah sosok aktivis pejuang yang patut dicontoh oleh umat Islam Indonesia. Sebagian besar hidupnya diabdikan untuk dakhwah dan menjadi pencerah bagi umat Islam dan bangsa Indonesia.
Karena itu, menurut Din, kepergian Slamet tidak hanya kehilangan bagi warga NU tapi menjadi kehilangan bagi bangsa Indonesia.
"Selain kegigihannya memperjuangkan apa yang diyakininya, ada hal lain yang perlu dicontoh yaitu luasnya radius pergaulan beliau," ucapnya.
Memperluas pergaulan menjadi salah satu solusi untuk mempererat persaudaraan di antara masyarakat Indonesia yang sangat majemuk, kata Din.
Ia juga mengenang dan mengapresiasi kerja keras Almarhum yang terlibat dalam menyukseskan dua agenda besar pada 2015 yakni Kongres Umat Islam Indonesia dan Musyawarah Nasional Majelis Ulama Indonesia (MUI).
"Saya justru baru tahu bahwa Almarhum juga terlibat dalam forum pengkajian di MPR dan beliau sedang dalam masa tugas itu saat meninggalkan kita semua. Karena itu sekali lagi kami menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga dan seluruh warga NU," kata Din.
Slamet Efendy Yusuf yang lahir pada 12 Januari 1948 meninggal saat sedang mengikuti acara lembaga pengkajian MPR. Slamet pernah menjabat sebagai Ketua MPR-RI periode 1988-1993 dan anggota DPR RI periode 1992-2009 dari Partai Golkar.
Selain itu, Slamet juga pernah menjabat sebagai Ketua DPP Partai Golkar dan sempat pula menjabat Ketua PBNU periode 2010-2015, Ketua MUI pada periode 2009-2014 dan Waketum MUI 2015-2020.***4***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015