Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Para petani yang menerima program nasional pemberdayaan masyarakat lingkungan mandiri perdesaan berminat mengembangkan program biogas dari kotoran sapi untuk penghasil energi.

"Terutama untuk kompor gas dari biogas kotoran sapi sangat diminati yang terbukti dengan tingginya permintaan untuk pelatihan untuk program ini," kata Asisten Tenaga Ahli Lingkungan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Lingkungan Mandiri Perdesaan (PNPM-LMP) Kabupaten Bengkulu Selatan Bowo Tamtulistywo di Bengkulu, Jumat.

Ia mengatakan, pembuatan biogas dari kotoran sapi milik petani sekaligus peternak sapi di Desa Air Sulau Kecamatan Kedurang Ilir Bengkulu Selatan menjadi salah satu demplot percontohan.

Program yang dimulai pada 2010 mengalokasikan anggaran Rp64 juta untuk tiga unit biogas namun mampu dikembangkan oleh kelompok masyarakat menjadi tujuh unit.

"Keswadayaan masyarakat sudah terbangun dimana itu menjadi salah satu tujuan program ini, dana yang disediakan pemerintah hanya sebagai pemicu," katanya.

Program yang sudah dinikmati keluarga petani di Desa Air Sulau itu mendapat sambutan baik dari petani di Kabupaten Bengkulu Utara dan dua kabupaten lainnya yang merupakan sasaran PNPM LMP yakni Kaur dan Lebong.

Pengetahuan yang dimiliki petani di Desa Air Sulau itu pun dibagikan kepada petani lainnya untuk memperoleh energi secara berkelanjutan.

Pemanfaatan kotoran ternak sapi untuk menghasilkan biogas terbukti menghemat pengeluaran petani setempat.

Biasanya, kata dia, keluarga petani di desa itu membeli gas elpiji isi tiga kilogram seharga Rp20 ribu per tabung karena jarak tempuh ke desa mereka cukup jauh dari ibu kota kabupaten.

"Sebagian keluarga cukup satu tabung untuk kebutuhan memasak selama dua pekan, sebagian lainnya hanya satu pekan, jadi dapat menghemat 40 ribu hingga 80 ribu per bulan," katanya.

Perangkat pendukung untuk menghasilkan biogas mulai dari pembangunan inlet atau bak penyaluran kotoran sapi ke tabung yang disebut "digester" dan outlet atau bak penampungan cairan dari sisa kotoran tersebut.

Tujuh unit biogas yang sudah dibangun dimanfaatkan oleh 14 keluarga petani sebab satu unit biogas mampu memenuhi kebutuhan gas untuk memasak dua rumah tangga.

Karni, salah seorang ibu rumah tangga pengguna biogas mengatakan program tersebut sangat bermanfaat untuk keluarga petani di desa itu yang sebagian besar memiliki ternak sapi.

"Sebelumnya kami menggunakan gas 3 kilogram dengan harga Rp20 ribu per tabung, tapi sekarang bisa dihemat dan biogas ini juga jauh lebih aman," katanya.

Setiap pagi kata dia, sekitar 30 kilogram kotoran sapi yang sudah dicampur dengan air dimasukkan ke dalam tabung untuk menjaga ketersediaan gas.(rni)

Pewarta:

Editor : Usmin


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012