Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, menyatakan tujuh kecamatan di wilayah itu rawan terjadi bencana alam tanah longsor.
Kepala Pelaksana BPBD Rejang Lebong Shalahudin saat dihubungi di Rejang Lebong, Sabtu, mengatakan saat ini masih masuk dalam cuaca ekstrem, sehingga potensi terjadinya bencana alam berupa banjir, tanah longsor, maupun angin putih beliung, bisa kapan saja terjadi.
"Tujuh kecamatan yang masuk dalam kawasan rawan tanah longsor ini yaitu Kecamatan Sindang Dataran, Sindang Kelingi, Binduriang, Padang Ulak Tanding, kemudian Kecamatan Curup Utara, Bermani Ulu, dan Bermani Ulu Raya," katanya.
Dari tujuh kecamatan itu, kata dia, dalam beberapa bulan belakangan telah terjadi beberapa kali longsor. Kendati tidak memakan korban jiwa, namun sempat memutus akses jalan provinsi maupun jalan nasional.
Kejadian bencana alam tanah longsor tersebut, kata dia, terjadi pada 3 Juni 2024 di Desa Sindang Jati, Kecamatan Sindang Kelingi, dimana kejadian itu menimbun jalan provinsi yang menghubung dengan Kecamatan Sindang Dataran.
Sebelumnya tanah longsor ini juga terjadi di Desa Taktoi, Kecamatan Padang Ulak Tanding, pada 3 Mei. Akibat kejadian akses jalan Lintas Curup-Lubuklinggau, Sumatera Selatan, terputus hingga lebih dari tujuh jam, karena material longsornya mencapai 20 meter dengan ketebalan lima meter.
Menurut dia, tanah longsor ini terjadi menyusul curah hujan yang turun di wilayah Kabupaten Rejang Lebong dengan intensitas sedang hingga lebat dalam waktu yang cukup lama.
Dia mengimbau warga yang berdiam di wilayah rawan tanah longsor, jika hujan turun dengan intensitas sedang maupun lebat dalam waktu yang lama agar segera mengungsi ke tempat yang aman, guna mencegah hal-hal yang tidak diingini terjadi.
Untuk mengantisipasi terjadinya tanah longsor, pihaknya telah menyiagakan satu alat berat jenis loader serta puluhan personel Pusdalops serta peralatan penanggulangan bencana lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024
Kepala Pelaksana BPBD Rejang Lebong Shalahudin saat dihubungi di Rejang Lebong, Sabtu, mengatakan saat ini masih masuk dalam cuaca ekstrem, sehingga potensi terjadinya bencana alam berupa banjir, tanah longsor, maupun angin putih beliung, bisa kapan saja terjadi.
"Tujuh kecamatan yang masuk dalam kawasan rawan tanah longsor ini yaitu Kecamatan Sindang Dataran, Sindang Kelingi, Binduriang, Padang Ulak Tanding, kemudian Kecamatan Curup Utara, Bermani Ulu, dan Bermani Ulu Raya," katanya.
Dari tujuh kecamatan itu, kata dia, dalam beberapa bulan belakangan telah terjadi beberapa kali longsor. Kendati tidak memakan korban jiwa, namun sempat memutus akses jalan provinsi maupun jalan nasional.
Kejadian bencana alam tanah longsor tersebut, kata dia, terjadi pada 3 Juni 2024 di Desa Sindang Jati, Kecamatan Sindang Kelingi, dimana kejadian itu menimbun jalan provinsi yang menghubung dengan Kecamatan Sindang Dataran.
Sebelumnya tanah longsor ini juga terjadi di Desa Taktoi, Kecamatan Padang Ulak Tanding, pada 3 Mei. Akibat kejadian akses jalan Lintas Curup-Lubuklinggau, Sumatera Selatan, terputus hingga lebih dari tujuh jam, karena material longsornya mencapai 20 meter dengan ketebalan lima meter.
Menurut dia, tanah longsor ini terjadi menyusul curah hujan yang turun di wilayah Kabupaten Rejang Lebong dengan intensitas sedang hingga lebat dalam waktu yang cukup lama.
Dia mengimbau warga yang berdiam di wilayah rawan tanah longsor, jika hujan turun dengan intensitas sedang maupun lebat dalam waktu yang lama agar segera mengungsi ke tempat yang aman, guna mencegah hal-hal yang tidak diingini terjadi.
Untuk mengantisipasi terjadinya tanah longsor, pihaknya telah menyiagakan satu alat berat jenis loader serta puluhan personel Pusdalops serta peralatan penanggulangan bencana lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024