Rejanglebong (Antara) - Pemerintah Kabupaten Rejanglebong, Provinsi Bengkulu, meminta kalangan masyarakat setempat untuk menyiapkan diri menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang diberlakukan pada tahun ini.

"Mau tidak mau MEA ini akan sampai ke Rejanglebong, untuk itu masyarakat Rejanglebong harus menyiapkan diri mulai dari SDM sampai kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan. Jika tidak siap maka kita akan menjadi penonton saja," kata Plt Sekda Kabupaten Rejanglebong, Zulkarnain saat ditemui di Rejanglebong, Senin.

Persaingan pada era pasar bebas ini, kata dia, menuntut masyarakat di berbagai daerah untuk dapat berswasembada pangan sehingga tidak kalah dan menjadi masyarakat konsumtif sehingga bergantung dengan dunia luar dalam pemenuhan kebutuhan pokok.

Untuk mengurangi sifat konsumtif ini dapat dimulai dari rumah tangga masing-masing melalui program ketahanan pangan keluarga dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah yang ditanami aneka jenis sayuran yang berumur singkat seperti kangkung, bayam dan sebagainya sehingga hasil kebun pekarangan dapat memenuhi kebutuhan keseharian.

Pada MEA ini, lanjutnya, produk yang dihasilkan daerah itu ke depannya harus memenuhi standar internasional dan harus mengedepankan pertanian organik sesuai dengan kebutuhan masyarakat luar negeri yang beralih ke produk organik ramah lingkungan dan tidak membahayakan kesehatan.

Selama ini Kabupaten Rejanglebong sendiri merupakan salah satu daerah penghasil hasil pertanian terbesar di Provinsi Bengkulu, di mana dalam produk domestik regional bruto (PDRB) setempat disumbangkan dari sektor pertanian seperti hasil perkebunan sayuran, kopi, karet dan padi serta hasil pertanian lainnya.

"70 persen PDRB Rejanglebong ini setiap tahunnya disumbangkan dari hasil pertanian, tidak heran jika sektor ini menjadi perhatian utama Pemkab Rejanglebong setelah infrastruktur, kesehatan dan pendidikan. Hal ini dilihat dengan adanya peningkatan alokasi anggaran mencapai 100 persen dari tahun sebelumnya," ujarnya.

Tidak berkembangnya sektor pertanian sebagai lahan penghidupan masyarakat di wilayah itu selama ini, kata Zulkarnain, karena masyarakat setempat tidak konsisten dalam produksi pertanian seperti di Kecamatan Selupu Rejang yang sebelumnya dijadikan sentra penghasil susu sapi perah namun tidak bisa memenuhi kebutuhan susu yang dibutuhkan masyarakat.

Sedangkan untuk hasil perkebunan kopi, produksi daerah ini juga masih sebatas kopi biji yang belum diolah sehingga nilai jualnya rendah. Padahal tanaman kopi ini, kata dia, sangat prospektif tapi tidak dikembangkan dengan baik, termasuk tidak berperannya BUMD dalam membaca peluang pengembangannya dengan mencari jejaring dan distribusi. ***3***

Pewarta: Nur Muhammad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016