Bengkulu (Antara) - Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bengkulu membudidayakan bunga anggrek pensil (Papillionanthe hookerina) dengan sistem kultur jaringan atau perbanyakan tanaman lewat sel, untuk menyelamatkan flora langka dilindungi itu dari kepunahan.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bengkulu, Matriyani Amran di Bengkulu, Kamis mengatakan perbanyakan bunga endemik Bengkulu itu bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
"Kami menyediakan anggaran Rp200 juta untuk pengembangan bunga anggrek pensil yang merupakan anggrek khas dan langka dari Bengkulu," kata Matriyani.
Ia mengatakan bahwa kultur jaringan adalah suatu metode mengisolasi bagian dari tanaman seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dalam kondisi tertentu sehingga bagian tanaman tersebut memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap.
Biasanya kata Matriyani, bagian tanaman yang diambil untuk diperbanyak dengan sistem ini antara lain bagian pucuk, tunas, akar maupun daun tanaman.
Menurut dia, metode ini tidak membutuhkan sumber bibit yang banyak tapi dapat menumbuhkan ribuan tanaman.
Anggrek pensil memiliki habitat asli di Danau Dendam Tak Sudah, di kawasan Cagar Alam Dusun Besar, sekitar dua kilometer dari pusat Kota Bengkulu.
Bunga itu dinamai anggrek pensil karena bentuk daunnya tipis memanjang seperti pensil. Warna bunganya merupakan perpaduan ungu dan putih.
Pemerintah kolonial Inggris yang menguasai Bengkulu pada1882 menobatkan sebagai "Ratu Anggrek" dan mendapat hadiah "First Class Certificate."
Populasi jenis anggrek ini menurun drastis pada 1990-an akibat eksploitasi secara berlebihan untuk diperjualbelikan. Kini keberadaan bunga tersebut sangat sulit ditemukan di habitat aslinya.
"Kami mengupayakan memperbanyak bunga ini dengan sistem khusus, melibatkan para ahli dengan tujuan pelestrian sehingga tidak punah," katanya. ***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bengkulu, Matriyani Amran di Bengkulu, Kamis mengatakan perbanyakan bunga endemik Bengkulu itu bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
"Kami menyediakan anggaran Rp200 juta untuk pengembangan bunga anggrek pensil yang merupakan anggrek khas dan langka dari Bengkulu," kata Matriyani.
Ia mengatakan bahwa kultur jaringan adalah suatu metode mengisolasi bagian dari tanaman seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dalam kondisi tertentu sehingga bagian tanaman tersebut memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap.
Biasanya kata Matriyani, bagian tanaman yang diambil untuk diperbanyak dengan sistem ini antara lain bagian pucuk, tunas, akar maupun daun tanaman.
Menurut dia, metode ini tidak membutuhkan sumber bibit yang banyak tapi dapat menumbuhkan ribuan tanaman.
Anggrek pensil memiliki habitat asli di Danau Dendam Tak Sudah, di kawasan Cagar Alam Dusun Besar, sekitar dua kilometer dari pusat Kota Bengkulu.
Bunga itu dinamai anggrek pensil karena bentuk daunnya tipis memanjang seperti pensil. Warna bunganya merupakan perpaduan ungu dan putih.
Pemerintah kolonial Inggris yang menguasai Bengkulu pada1882 menobatkan sebagai "Ratu Anggrek" dan mendapat hadiah "First Class Certificate."
Populasi jenis anggrek ini menurun drastis pada 1990-an akibat eksploitasi secara berlebihan untuk diperjualbelikan. Kini keberadaan bunga tersebut sangat sulit ditemukan di habitat aslinya.
"Kami mengupayakan memperbanyak bunga ini dengan sistem khusus, melibatkan para ahli dengan tujuan pelestrian sehingga tidak punah," katanya. ***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016