Enggano merupakan salah satu pulau terluar Provinsi Bengkulu. Secara administratif, Pulau Enggano merupakan salah satu kecamatan dari Kabupaten Bengkulu Utara.
Kecamatan tersebut menaungi enam desa, yakni Desa Malakoni, Apoho, Meok, Banjar Sari, Kaana, dan Kahyapu. Adapun luasnya sekitar 400 kilometer persegi dengan populasi sekitar 4.000 penduduk.
Dari Kota Bengkulu menuju Enggano harus menggunakan kapal perintis yang memerlukan waktu 12 jam, bahkan bisa lebih lama jika laut tak bersahabat saat berlayar. Itu pun tidak setiap hari. Kapal perintis hanya berlayar dua kali seminggu ketika cuaca bagus.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024
Kecamatan tersebut menaungi enam desa, yakni Desa Malakoni, Apoho, Meok, Banjar Sari, Kaana, dan Kahyapu. Adapun luasnya sekitar 400 kilometer persegi dengan populasi sekitar 4.000 penduduk.
Pulau Enggano terletak di laut lepas yang berhadapan langsun dengan Samudera Hindia. Kecamatan ini menjadi salah satu daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T).
Dari Kota Bengkulu menuju Enggano harus menggunakan kapal perintis yang memerlukan waktu 12 jam, bahkan bisa lebih lama jika laut tak bersahabat saat berlayar. Itu pun tidak setiap hari. Kapal perintis hanya berlayar dua kali seminggu ketika cuaca bagus.
Enggano yang terletak sekitar 90 mil laut dari Ibu Kota Provinsi Bengkulu maupun ibu kota kabupaten menyebabkan daerah ini semakin terbatas dalam segala aspek, baik perekonomian, kondisi infrastruktur dasar, maupun pendidikan.
Soal pendidikan, tentu sangat penting untuk mencetak generasi cerdas di Pulau Enggano. Pendidikan yang layak dan setara penting diwujudkan tanpa harus bersekolah di ibu kota kabupaten maupun provinsi yang jaraknya begitu jauh.
Betapa pun, generasi muda Enggano merupakan bagian utuh dalam Generasi Emas 2045 yang telah dicita-citakan Bangsa Indonesia.
Tidak diam
Pada tahun-tahun sebelumnya, Enggano mengalami kekurangan guru. Pada saat sama juga butuh dukungan infrastruktur yang layak agar anak-anak dapat bersekolah dengan nyaman.
Pada tahun-tahun sebelumnya, Enggano mengalami kekurangan guru. Pada saat sama juga butuh dukungan infrastruktur yang layak agar anak-anak dapat bersekolah dengan nyaman.
Guru-guru maupun murid memang menghadapi susahnya akses ke sekolah karena infrastruktur jalan yang tidak layak. Persoalan-persoalan tersebut membuat proses belajar mengajar di Enggano menjadi terhambat.
Menghadapi masalah tersebut, Pemerintah Pusat dan Provinsi Bengkulu tidak tinggal diam. Pemerintah bertekad bahwa Enggano harus menjadi daerah yang sama dengan daerah maju lainnya, maju dalam berbagai aspek termasuk pendidikan.
Perbaikan kualitas pendidikan tidak hanya diatasi sebatas kecukupan jumlah guru semata maupun bangunan sekolah yang layak, namun saling berkait dengan aspek ekonomi, kesejahteraan, kesehatan, dan ketersediaan infrastruktur dasar yang memadai.
Demi merealisasikan pendidikan yang layak, perlu mengakselerasi daerah dari berbagai lini dan aspek. Pemerintah Pusat merevitalisasi dua pelabuhan dan satu bandara perintis di pulau tersebut sehingga Enggano terhubung lebih baik dengan kabupaten dan provinsi.
Demi merealisasikan pendidikan yang layak, perlu mengakselerasi daerah dari berbagai lini dan aspek. Pemerintah Pusat merevitalisasi dua pelabuhan dan satu bandara perintis di pulau tersebut sehingga Enggano terhubung lebih baik dengan kabupaten dan provinsi.
Tidak hanya itu, Pemerintah pun membangun jalan-jalan Enggano yang selama ini berlumpur tebal, menjadi jalan cor beton sepanjang 32 kilometer lebih, yang menghubungkan seluruh desa di sana dengan pelabuhan dan bandara.
Jembatan dan jalan-jalan lingkungan juga dibangun agar masyarakat tidak kesulitan lagi mengakses setiap desa, pusat kesehatan, dan tempat pendidikan.
Selain itu, untuk mendukung sektor pendidikan di Enggano, ketersediaan listrik sepanjang waktu merupakan keniscayaan. Keberadaan listrik memberikan dukungan bagi daerah itu, tidak hanya pada sisi perekonomian tetapi juga bagi proses belajar mengajar.
Awalnya, listrik di sana hanya menyala sekitar 14 jam per hari, bahkan pada kondisi-kondisi tertentu, listrik hanya hidup beberapa jam saja.
Oleh karena itu, pada tahun 2023, Pemerintah menugaskan PLN menambah mesin pembangkit listrik dan tanki bahan bakar minyak (BBM) agar pelayanan listrik bisa 24 jam penuh di sana.
Rampung persoalan listrik, Pemerintah menilai perlunya akses internet yang memadai untuk Enggano. Saat ini, kalau masyarakat ingin mengikuti perkembangan zaman, memerlukan koneksi internet stabil dan cepat.
Oleh karena itu, Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Bengkulu Utara saat ini melakukan verifikasi dan validasi titik lokasi penerima bantuan Aksi Internet Bhakti 2024 di Kecamatan Enggano.
Langkah tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah daerah dalam memperluas akses internet di daerah-daerah terpencil guna mendukung program Pemerintah Pusat dalam meningkatkan literasi digital dan kesejahteraan masyarakat.
Kecamatan Enggano dipilih sebagai salah satu penerima bantuan Aksi Internet Bhakti karena lokasinya yang merupakan pulau terluar dan masih minim akses internet.
Ketersediaan internet 4G membuat akses informasi semakin cepat didapat masyarakat Enggano. Koneksi ini juga dibutuhkan dunia pendidikan.
Program Aksi Internet Bhakti merupakan inisiatif Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia yang bertujuan untuk menyediakan akses internet gratis di daerah-daerah 3T di seluruh Indonesia.
Buka wawasan
Pemerintah pun tidak melupakan komponen pokok dalam memastikan kelayakan pendidikan di Enggano, yakni ketersediaan guru, bangunan sekolah, buku pelajaran, maupun hal pendukung kegiatan belajar mengajar lainnya.
Ketersediaan infrastruktur pendidikan tersebut terus diupayakan, namun penyediaannya butuh waktu.
Pemerintah Provinsi Bengkulu menilai selain infrastruktur pendidikan, penting pula membuka wawasan masyarakat di Enggano dengan menanamkan kesadaran arti penting pendidikan untuk menciptakan masyarakat dan daerah yang maju dan sejahtera.
Salah satu caranya, Pemerintah Provinsi Bengkulu bekerja sama dengan sejumlah universitas di Indonesia untuk membangun budaya akademis di pulau terluar. Perguruan tinggi tersebut, antara lain, Universitas Bengkulu, Universitas Negeri Padang, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Kerja sama tersebut diwujudkan dalam bentuk pengabdian masyarakat dari sivitas akademika universitas.
Pemerintah daerah berharap masuknya kampus dapat membuka wawasan masyarakat Enggano menjadi lebih luas.
Sentuhan ide dan karya dari luar daerah dapat menambah wawasan pengetahuan dan menumbuhkan budaya akademik. Hal itu juga membuka kesadaran tentang pentingnya literasi ilmu pengetahuan di kalangan warga.
"Kalau kita bertemu hanya sama-sama kita, perubahan akan sulit terjadi. Akan tetapi kalau ide itu dari orang luar, itu menambah wawasan pengetahuan," kata Sekretaris Daerah Provinsi Bengkulu Isnan Fajri.
Masyarakat Enggano pun menyambut baik dan mengapresiasi pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan sivitas akademika di pulau itu.
Mahasiswa akan mengimplementasikan ilmu-ilmu yang didapatkan di bangku kuliah.
"Tidak ada yang perlu ditakuti di Enggano. Saya sudah 33 tahun mengabdi di Pulau Enggano, sejak (alat) transportasi tidak ada, listrik belum ada, juga tak ada sinyal telekomunikasi. Namun, saat ini semuanya sudah lengkap dan nyaman," ujar Camat Enggano Susanto.
Tersedianya sarana dan prasarana tersebut menjadi modal penting bagi ribuan penduduk Pulau Enggano untuk menatap masa depan yang lebih cerah.
Editor: Achmad Zaenal M
"Tidak ada yang perlu ditakuti di Enggano. Saya sudah 33 tahun mengabdi di Pulau Enggano, sejak (alat) transportasi tidak ada, listrik belum ada, juga tak ada sinyal telekomunikasi. Namun, saat ini semuanya sudah lengkap dan nyaman," ujar Camat Enggano Susanto.
Tersedianya sarana dan prasarana tersebut menjadi modal penting bagi ribuan penduduk Pulau Enggano untuk menatap masa depan yang lebih cerah.
Editor: Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024